26. Maaf

795 31 19
                                    


...

The more that you give, the less that I need
Everyone says I look happy

When it feels right
I know that you're wrong for me
Gonna wish we never met on the day I leave
I brought you down to your knees
'Cause they say that misery loves company
It's not your fault I ruin everything
And it's not your fault I can't be what you need
Baby, angels like you can't fly down hell with me

Oh..
ANGELS LIKE YOU CAN'T FLY DOWN HELL WITH ME

...


Miley Cyrus - Angels Like You


Happy Reading!


AWAN MAHENDRA

Gue masih belum mau melepas tangan itu sampai akhirnya seorang wanita masuk dengan muka paniknya. Bak wanita itu punya khodam super kuat, hantu-hantu yang tadi berkerumun mendadak minggir membiarkan wanita berpakaian rapih itu lewat. Dia lalu berdiri di sebelah Mawar.

"Pak, saya minta maaf kalau ada kesalahan. Tapi tolong di lepas ya, biar gak ganggu pengunjung lainnya," mohon wanita itu.

"Anda siapa?"

"Saya salah satu penanggung jawab event, Pak."

"Konseptornya wahana ini siapa?"

Wanita itu tampak bingung dengan pertanyaann gue tadi, "ada, staff saya, Pak."

"Oh. Tolong kasih tau kalau dia tolol!" kata gue santai tapi menekankan kata tolol, "otaknya ditaruh mana sampai kepikiran bikin wahana model beginian? Rumah hantu ya tinggal nakut-nakutin aja, Bu! Gak perlu adegan megang-megang fisik gini. Bisa jadi kesempatan pelecehan loh ini."

Wanita itu hanya bisa manggut-manggut selama gue ceramahi. Semoga saja beneran sadar kalau dia salah.

"Maaf, Pak."

"Minta maaf ke istri saya!"

Wanita itu beralih menghadap Mawar, "maaf ya, Bu."

"Gak papa," balas Mawar lembut. Terlalu lembut malah untuk seseorang yang diperlakukan kayak tadi. Gue aja masih kesel kalau ingat dia tadi meronta tapi cengkramannya gak mau dilepas. 

"Mas, udah ya."

Mendengar kalimat lembut dari mulut Mawar, tangan itu akhirnya gue lepas. Secepat kilat juga tangan tadi ditarik masuk ke dalam lubang oleh si empunya. Dipikir udah selesai kali urusan dia. Gue mendekatkan wajah ke lubang tadi.

"Lo keluar sini! Maaf lo yang paling gue tunggu," sentak gue ke dalam lubang. Gue langsung mendengar suara seperti orang berlari dari balik dinding. Dan benar saja, seseorang kemudian muncul dan berjalan cemas ke arah kami. Badannya ya seperti manusia normal, hanya tangannya saja yang dibalut cairan merah darah. 

Rumah hantu itu akhirnya jadi seperti rumah orang pas lagi lebaran. Bedanya disini para hantu yang maaf-maafan. Meskipun gue masih kesel, tapi yang pegang maaf ya Mawar. Dan dia gampang sekali memaafkan mereka.

Sejak adegan di rumah hantu itu, mood gue sudah terlanjur rusak. Kami kembali ke mobil dan niatnya mau pulang lebih awal. 

"Maaf ya, Wan," ujar Mawar setelah meletakkan jasukenya yang belum juga habis di cup holder.

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang