Happy Reading!
AWAN MAHENDRA
"Papa!" Rendra menghambur ke arah gue saat baru sampai di rumah sakit. Tadinya dia dipangku Ibunya yang duduk pada kursi kayu di depan sebuah ruangan.
Gue angkat tubuh mungil Rendra dan mendekapnya dalam gendongan. Dia menangis dalam pelukan gue setelah itu. Seperti biasa, Rendra menceritakan semuanya. Katanya tadi Ibu dan Neneknya mengantar beberapa nasi kotak pesanan orang. Rendra dititipkan ke kakeknya dan diberikan ponsel milik ibunya kalau-kalau dia bosan. Sayangnya si kakek mendadak pingsan saat sedang berjalan untuk mematikan TV. Hebatnya Rendra cukup sigap untuk cari bantuan, dengan nelfon gue tentunya.
"Assalamuailkum, tante," sapa gue saat menyadari sedang ditatap oleh wanita yang sepertinya adalah neneknya Rendra.
"Waalaikumsalam."
"Rendra turun ya, sayang. Omnya masih capek itu habis dari jalan," bujuk Miss Mawar sambil mengusap punggung anaknya.
"Gak mau! Rendra mau sama Papa." Rendra bukannya menurut malah tambah mengeratkan pelukannya.
"Udah, biarin aja. Gue gak masalah kok."
"Mas ini sebenernya siapa? Rendra sering cerita katanya sekarang udah punya Papa. Tapi saya tanya Mawar katanya dia gak punya pacar."
"Mawar?" Gue cuma mengernyitkan kening saat nama itu disebut. Gue pikir Mawar cuma nama samarannya, jadi beneran namanya Mawar?
Wanita paruh baya itu memandang aneh ke arahku. Gak heran sih, cucunya nempel banget gini.
"Eh. Umma, Mas Leo ini... eh-temen aku kerja," jelas Miss Mawar gelagapan. Tentu saja. Tiba-tiba ada pria asing yang Rendra panggil Papa, nenek mana yang gak kaget?
Miss Mawar lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Rendra. Otomatis juga dekat dengan wajah gue. Dalam jarak sedekat ini, gue gak sengaja cukup lama menatapnya. Gue gak tau kenapa, tapi wajahnya tampak gak asing di ingatan. Kayaknya kami emang pernah ketemu dulu. Tapi entah lah, tiga tahun kami kenal, aku belum ingat dimana tepatnya kami pernah bertemu sebelumnya. Cuma aku yakin, kami pernah bertemu.
"Rendra, Bunda mau pinjam Om Leo sebentar boleh?" bisik wanita itu di samping anaknya, gue bisa denger karena bibirnya otomatis dekat dengan wajah gue juga.
"Nggak!"
"Mau ngapain?" tanya gue curiga.
"Ada yang mau aku omongin, Le."
"Penting?"
Karena kalau nggak, mending gue sama Rendra gini. Dia juga kayaknya tenang banget gue gendong.
"Harusnya penting."
Mukanya terlihat serius, mungkin memang ada hal penting yang harus gue tau.
"Papa mau ngomong sama Bunda dulu, ya? Rendra sama nenek dulu, sebentar," kata gue setelah mengecup pucuk kepala bocah itu.
"Gak lama kan, Pa?"
"Nggak. Kalau lama, nanti Rendra marahin Bunda ya!"
Setelah mengangguk, Rendra akhirnya mau melepas pelukannya. Gue turunin anak itu, dan saat itu lah Rendra langsung berlari ke arah neneknya yang tampak masih bingung dengan kedekatan kami.
Miss Mawar ngajak gue bicara agak jauh. Kami duduk di sebuah gazebo kayu yang ada di tengah taman rumah belakang rumah sakit. Tidak terlalu ramai di sini. Hanya ada beberapa pasien yang sepertinya sengaja minta keluar ruangan mungkin karena bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...