27. GOL!

694 25 18
                                    

AWAN MAHENDRA

"Aku bosen, Wan. Dari tadi aku tungguin gak ada yang ngegolin," kata Mawar saat pertandingan sudah berjalan 35 menit. 

"Mau nonton yang lain?"

Sebenarnya yang lagi tanding malam ini salah satu club jagoan gue dari awal-awal ngikutin dunia bola. Kebetulan juga yang jadi lawan memang club yang gak kalah kuatnya. Sayang kalau dilewatkan. Tapi kalau Mawar gak nyaman, gue bisa apa? Toh gue terlanjur berniat mau nurutin semua keinginannya malam ini.

"Mau nonton apa?" tanya gue lagi karena pertanyaan yang tadi gak dia jawab.

"Gak usah diganti, Wan. Nonton ini aja. Lagian jam segini mau nonton apa lagi?"

"Drakor? Tinggal pindah ke Netfluks aja."

Mawar menggeleng ternyata.

"Gak suka drakor?"

Aneh sekali. Kayaknya hampir setiap wanita yang gue kenal suka hal-hal berbau Korea. Minimal lagu atau dramanya. Bahkan sampai pasangan mereka saja jadi kebawa-bawa juga akhirnya. Awalnya bilang cuma niat nemenin istri nonton, eh malah jadi menikmati juga. Kayak Saka tuh. Dengan bangganya dia pernah bilang dapet inspirasi buat bucinin adek gue berbekal adegan di drakor. Kurang ajar emang.

"Bukan gak suka, Wan. Lebih ke gak terlalu excited aja. Kalau ada yang bagus banget baru aku mau nonton."

"Kanaya suka loh, Maw. Aku pikir kalau kalian ketemu ya bahasnya seputar drakor."

"Nggak tuh, Wan"

"Terus kalian kalau ketemu bahas apa?"

"Bahas menu baru buat dijual, tuker inspirasi menu masakan, bahas masalah anak, diskusiin cara biar pembeli makin ramai, sama..." Mawar menggantung omongannya, dia jadi menatap gue sekarang.

"Sama apa?"

"Ngobrolin tingkah kalian para suami."

"Oh..."

Cuma itu yang berhasil keluar dari mulut. Lain dalam hati, rasanya gue seneng aja. Gue jadi objek pembicaraan Mawar? Mendadak merasa penting dan berarti banget gue jadinya. Padahal gue sendiri belum tau apa yang mereka obrolkan.

Dari tadi kami duduk di atas karpet, bersandar ke kaki sofa. Lebih nyaman begini dari pada atas sofa. Di layar, tim jagoan gue lagi tanding tapi kayaknya lebih sering noleh ke sebelah dari tadi. Bahkan gue gak sadar tim gue baru saja mencetak gol pertama. Gue baru sadar setelah terdengar sorakan penonton yang menonton langsung di stadion. Bahkan gue gak tau siapa tadi yang mencetak gol.

"Kamu kapan ada tanding futsal lagi, Wan?" tanya Mawar tanpa menoleh. 

"Kalau tanding buat lomba sih dalam waktu dekat gak ada. Tapi kalau kamu cuma mau sekedar nonton aku latihan, Rabu minggu depan aku ada jadwal latihan. Mau ikut?"

Mawar tampak berfikir. 

Sebenarnya jarang ada temen gue yang membawa istri kalau cuma sekedar latihan, tapi gak ada salahnya juga kan? Dan gue sangat berharap Mawar mau ikut. Mendadak gue pengen banget memperlihatkan kehebatan gue di depan Mawar. Gue akui kalau gue narsis. Tapi gue juga lagi butuh menunjukkan hal-hal positif yang gue punya. Seenggaknya, ada hal yang bisa Mawar banggakan akan suaminya ini. Biar dia lupa sama apa yang pernah gue lakukan sebelumnya.

"Lihat minggu depan aja, Wan. Kalau gak ada orderan besar, aku mau ikut."

Gue tersenyum bangga mendengar jawaban Mawar. Dia bertanggung jawab sekali dengan pekerjaannya. Gue jadi merasa gak sia-sia luangin sekian persen tabungan demi modalin usahanya dulu. 

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang