5. Cara Mawar

431 29 10
                                    

Gak asing sama judul part-nya?
Yup, ini akan menjadi versi perspektif Mawar dari Mengganti Pelangi 9 Cara Awan.



Happy Reading!


MAWAR AZHARA

Sudah hampir seminggu lebih aku memainkan aplikasi kencan yang terkenal dengan jasa plus-plus di baliknya. Belum ada satu pun orang yang mengajakku 'kencan'. Mungkin karena aku memajang foto bunga mawar putih ya? Pasti orang akan lebih tertarik dengan wanita yang berani-beraninya memajang foto yang memamerkan tubuh moleknya. Aku saja merinding melihatnya.

Sekarang entah aku harus lega atau malah frustasi karena tidak ada satupun orang yang mengirimiku pesan. Sejenak aku berfikir, mungkin aku juga tidak cocok di bidang ini. Sama dengan aku yang tidak cocok untuk berjualan baju, gorengan, atau mengajar les. Aku mungkin harus sadar kalau ini bukan hanya salah, tapi juga aku bisa bernasib lebih buruk dari Melati.

TING!

Notifikasi pesan masuk di ponselku. Aku menyipitkan mata saat sadar bahwa notifikasi itu muncul dari aplikasi yang baru saja ingin ku-uninstall. Akun bernama Leopard muncul di layar ponselku. Dia juga menggunakan foto macan tutul sebagai profilnya. Deskripsi akunnya dibiarkan kosong. Benar-benar misterius, tidak ada satupun informasi selain info kalau dia seorang pria.

"Tinggal dimana?"

"Jalan Kartini."

Aku tak berfikir untuk membalas pesan itu, lagian hanya bertanya tempat tinggal. Aku membalasnya juga menggunakan nama jalan, bukan dengan alamat detailku. Jadi, aman lah menurutku.

"Hotel Andromeda, Jl. Mawar No. 5, malam ini bisa?"

Astaga. Apa memang begini ya transaksinya? Tidak ada dia mengajakku kenalan dulu gitu. Ngobrol satu atau dua minggu, nyaman di chat, sepakat ketemuan, baru setelah itu 'transaksi', bukan begitu ya sistemnya? Asal tembak seperti ini malah membuatku khawatir.

"Gue cuma mau ngobrol. Berapa?"

"Maksudnya?" balasku akhirnya.

"Gue masih terlalu waras untuk berhubungan badan sama wanita sembarangan."

Balasannya malah seperti tamparan untukku. Kenapa aku malah sampai berpikiran untuk menjual diri seperti ini?

"Jadi berapa? Tiga juta cukup? Gue janji cuma mau ngobrol, lo boleh bawa pistol kalo mau buat jaga-jaga. Gue juga pilih hotel bagus yang keamanannya lengkap, CCTV dimana-mana, jadi lo tenang aja!"

Tiga juta dia bilang? Untuk sekedar ngobrol? Tawaran si Leopard ini terlalu menarik untuk kulewatkan. Mungkin ini sekaligus akan menjadi terakhir kalinya aku aktif di aplikasi ini, besok akan menutup akunku. Lumayan tiga juta meskipun hanya cukup untuk pengobatan Abah dan Melati saja. Sisanya mungkin masih bisa tertutupi dengan gajiku.

"Bisa. Jam berapa?"

"18:30. Jangan telat!"

"Oke."

"Good. Tolong bawa sekalian dua gelas matcha latte dingin. Duitnya gue transfer ya sekalian, kirim no rekening lo buruan!"

HAH? 

Ini gimana ceritanya tiba-tiba mau ditransfer? Baru juga aku bilang bisa.
Eh bener gak sih ini? Memang semudah ini kah biasanya? 

Kukirimkan no rekening Abah yang memang sms banking-nya terhubung dengan nomor ponselku. Belum lima menit sebuah SMS masuk memberitahukan bahwa ada saldo sebesar Rp3.350.000,- masuk ke rekening Abah. Ini serius? Aku bahkan belum melakukan apapun.

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang