Tangis haru pecah di rumah Abah. Melati pulang dengan kondisi yang sangat jauh lebih baik dibandingkan saat terakhir kali mereka berkumpul. Bahkan tidak terlihat sedikitpun kalau Melati sempat mengalami gangguan jiwa.
"Jangan tinggalin Abah sama Umma lagi, ya," kata Abah sembari mengecup pucuk kepala putrinya.
Melati hanya tersenyum, lalu beralih memandang kembarannya yang ekspresinya sulit ditebak.
"Anak aku mana, Maw? Rendra kemana?"
Mawar menghela nafas dalam, fakta itu memang pada akhirnya harus diterima.
"Di rumah mertuaku. Nanti biar Mas Awan yang bawa Rendra kesini."
Sejak ikut mobil polisi tadi, Awan memang belum memberinya kabar lagi. Tapi harusnya semua aman. Kian sudah menjelaskan semuanya. Katanya, Saka sudah mengantongi berbagai barang bukti yang cukup kuat untuk menjebloskan Andika ke penjara atas perbuatannya. Jadi semoga saja Awan dan Saka bisa pulang sebelum malam tiba seperti yang Awan janjikan tadi.
"Kak Awan itu sekarang suami kamu ya, Maw?"
Mawar mengangguk pelan. Sebenarnya, tidak bisa Ia tutupi kalau sempat dibuat kesal dengan sikap Melati yang main memeluk Awan tadi. Meskipun mungkin itu hanya sebagai tanda terima kasihnya saja. Tapi untuk apa? Bukannya Melati sangat mencintai Andika? Perpisahannya dengan Andika sebelumnya bahkan juga merupakan penyebab utama kejiwaan Melati terguncang. Lalu kenapa harus berterima kasih saat Awan menghajar laki-laki itu seperti tadi?
Sambil tersenyum, Melati mengusap pipi kembarannya, "selamat ya, Maw. Kamu bisa ketemu lagi sama cowok impian kamu, sampai menikah juga."
"Makasih."
Umma lalu mengusap pipi kedua putrinya, membuat mereka kompak menoleh sambil balas tersenyum.
"Makan dulu, yuk! Umma sudah masak buat kalian," ajak Umma.
"Boleh, Umma!"
"Umma masak apa?"
"Spesial buat kalian berdua! Ada udang goreng mentega sama sambal bajak," kata Umma.
"Menunya gak nyambung, Umma," komentar Melati dengan mengerutkan keningnya.
"Tapi kalian suka, kan?"
"Suka!" seru Mawar yang sudah berjalan lebih dulu ke arah dapur. Dua makanan yang disebutkan Umma tadi memang menu kesukaannya. Biar gak nyambung, kalau enak kenapa nggak kan?
Lain dengan Mawar yang sudah lebih dulu berlari dengan antusias ke arah dapur, Melati masih mematung di sebelah Umma. Sulit untuknya menyembunyikan kekecewaan yang bahkan diterimanya saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah itu lagi setelah sekian lama.
Sebenarnya siapa yang disambut hari ini?
~
"Mas!" sapa Mawar saat Awan melewati pintu depan yang memang dibiarkan terbuka. Ia menghampiri pria itu dan menyambutnya dengan salam, "lancar tadi?"
"Lancar. Kamu gak usah khawatir," balas Awan setelah lebih dulu mengecup kening istrinya. Setelah itu Awan berjalan lagi menghampiri keluarga Mawar yang tengah duduk di ruang tamu. Ia menyalami kedua mertuanya bergantian. Tapi langkahnya berhenti di depan Melati. Ia bingung harus bagaimana. Sampai kembaran Mawar itu tiba-tiba saja meraih tangannya, menyalami, dan membawa punggung tangan itu ke keningnya. Sontak Awan menarik tangannya begitu saja. Ia lalu lanjut berjalan hingga akhirnya duduk di sebelah istrinya.
"Kamu gak bawa Rendra kesini, Mas?"
"Masih di rumah Ayah. Tadi kan aku langsung kesini dari kantor polisi," jawab Awan atas pertanyaan yang dikiranya berasal dari mulut Mawar, tapi ternyata Melati lah yang tadi bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...