"Rendra lagi bikin apa?" tanya Awan saat mendapati Rendra tampak sibuk sekali di ruang tengah. Berlembar-lembar kertas origami berbagai warna tampak berserakan di atas meja.
"Tugas dari Ibu Guru, Pa. Disuruh bikin kertas lipat jadi macam-macam bentuk," jelas Rendra tanpa menoleh.
Awan ikut duduk di sebelahnya dan memeriksa hasil pekerjaan anak itu.
"Origami?"
Rendra menoleh, "-gami apa, Pa? Tadi Ibu Guru juga bilang kayak tadi Papa omongin, cuma Rendra lupa namanya."
"Origami, sayang."
"Oh... Origami? Papa pernah bikin?"
"Pernah! Dulu waktu kecil kayak kamu. Mau Papa buatin?"
"Jangan lah, Pa! Kan ini tugasnya Rendra."
Jawaban yang cukup dewasa dari anak itu memancing Awan untuk mengacak rambut lebatnya lalu mengecup pucuknya.
Sekali lagi Awan mengumpulkan beberapa bentuk yang sudah Rendra buat. Ada empat bentuk yang sudah berhasil anak itu buat. Lipatannya agak berantakan sebenarnya, tapi untuk hasil pekerjaan anak TK, ini sudah patut diapresiasi.
"Ini apa, Ren?" tanya Awan sambil memegang salah satu origami yang bentuknya paling aneh menurutnya. Ia sama sekali tak mengenali itu bentuk apa.
"Itu bunga bunda, Pa," jawab Rendra sambil menyengir.
"Hah? Bunga apa?" Awan membolak-balik kertas itu tapi belum juga bisa menebaknya.
"Bunga Mawar, Pa! Papa ih, itu aja gak tau."
Awan menyipitkan mata, memindai setiap bagian kertas yang sedang dipegangnya. Yang menurut anak itu bunga mawar di mata Awan malah seperti siomay goreng.
Melihat puluhan lembar kertas lipat dan juga bunga yang tadi Rendra buat, Awan jadi terpikirkan sesuatu. Baru sekedar memikirkannya saja, Awan sudah tersenyum.
"Rendra mau Papa ajarin cara bikin bunga mawar yang cantik?"
"Mau, Pa!"
"Tapi ada syaratnya."
"Apa, Pa?"
"Bantuin Papa bikin bunga mawar yang banyak. Nanti malem kita kasih ke Bunda. Gimana?"
"Boleh, Pa!"
Awan segera mencari tutorial di ponselnya dan mendapatkan satu yang menurutnya paling cantik bentuk hasilnya. Ia langsung mempraktekkan seperti yang dicontohkan di layar ponselnya. Agak sulit awalnya, hingga lama kelamaan mulai terlihat bentuk bunga mawar yang cukup rapih untuk percobaan pertama. Setidaknya, kalau diberikan ke Mawar, istrinya itu tidak akan mengiranya siomay goreng nanti.
Untuk percobaan selanjutnya, Awan mengajak Rendra mengikutinya. Dengan telaten dipandunya bocah itu melipat bagian demi bagian. Kali ini lipatannya jauh lebih rapih karena sudah paham alurnya. Untuk percobaan kali ini Ia berhasil membuat bentuk yang jauh lebih cantik dari sebelumnya. Rendra juga berhasil membuat bentuk bunga mawar yang tak kalah indahnya. Seutas senyum otomatis terukir di bibir Awan, membayangkan nanti malam Mawar akan senang dengan hasil karyanya bersama Rendra.
"Pa, tapi Bunda kan sukanya mawar putih," ujar Rendra saat mereka berdua sudah berhasil membuat 5 bunga lengkap dengan tangkainya. Warnanya acak saja sesuai warna kertas yang kebetulan mereka ambil.
"Oh iya."
Saking lamanya tidak terpikirkan untuk memberikan Mawar bunga, Awan sampai lupa warna bunga kesukaan istrinya.
"Gak papa, selanjutnya kertasnya dibalik aja ya, Ren. Jadi kita pakai sisi yang warna putihnya."
Rendra mengangguk paham lalu melakukan seperti yang Papanya perintahkan. Hampir dua jam mereka duduk bersila di ruang tengah. Tak disangka sudah ada dua puluan tangkai mawar yang berhasil mereka berdua buat. Sepertinya sudah cukup. Tinggal lanjut memikirkan bagaimana membungkusnya. Jadi Awan kembali mencari referensi di internet dan mendapatkan ide untuk menyatukannya menjadi bucket menggunakan kertas dari buku gambar A3 yang Rendra punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...