"Mawar?" sapa seseorang saat Mawar tengah duduk sambil membaca buku di balik meja kasir. Mendengar suara yang tak asing itu membuat Mawar sontak mendongak dan sedikit kaget setelah sadar siapa yang datang.
"Ibu?"
Mawar segera berjalan memutari meja kasir untuk menghampiri sang ibu mertua lalu menyalaminya dengan sopan.
"Ibu sendirian kesini?"
"Tadi ikut Ayah. Cuma Ayah satu jam lagi katanya ada meeting jadi gak bisa mampir."
Mawar awalnya mau menuntun wanita paruh baya itu ke arah ruangannya, tapi mertuanya menolak. Beliau lebih tertarik melihat-lihat berbagai jenis kue yang terpajang di ruangan itu.
"Ibu mau yang mana? Biar Mawar ambilkan. Gratis buat Ibu pokoknya," tanya Mawar saat ibu mertuanya tampak serius melihat kue pajangannya satu per satu. Wanita itu menunjukkan senyumnya sebelum kemudian kembali memperhatikan setiap menu dari balik kaca display.
"Ibu mau yang ini," kata Ibu sambil menunjuk muffin varian choco-banana, "setelah ini kita ngobrol ya?"
"Boleh. Ibu tunggu di meja yang itu dulu, ya? Nanti Mawar menyusul."
Wanita paruh baya itu kemudian berjalan ke arah meja yang ditunjuk menantunya tadi. Meja kayu berbentuk bundar dengan tiga kursi di sekitarnya. Setelah duduk di salah satu kursinya, baru disadarinya kalau Mawar ternyata sudah tidak di balik mesin kasir. Beliau sempat memandangi sekeliling ruangan untuk mencari keberadaan menantunya, sampai akhirnya orang yang dicarinya muncul dari balik sebuah pintu dengan diikuti seorang gadis yang tampak lebih muda. Tebakannya, pasti Mawar tadi menghilang untuk mencari orang yang bisa mengganti posisinya di belakang kasir.
Mawar lalu berjalan dengan membawa muffin pilihan mertuanya tadi. Senyum di bibirnya tak menghilang sampai Ia ikut duduk di kursi dan menyodorkan kue berukuran mungil itu.
"Rendra kemana?" tanya sang ibu karena sejak tadi memang tidak menemukan anak itu.
"Tadi pagi ikut Kanaya sama Mas Saka, Bu. Katanya mau lihat pertunjukan lumba-lumba."
"Oh gitu. Kamu kenapa gak ikut sekalian?"
"Gak ada yang jaga disini dong, Bu. Lagian kalau Mawar ikut nanti malah jadinya ganggu Kanaya sama suaminya."
"Gak papa. Lagian Ibu mikirnya kamu itu butuh banget liburan. Ibu denger dari Kanaya katanya kamu Sabtu dan Minggu masih kerja."
Mawar mengangguk malu. Semakin hari, Ia merasakan kalau hubungan dengan ibu mertuanya semakin membaik. Bahkan jauh lebih baik dari yang pernah Mawar idam-idamkan saat pertemuan pertama mereka dulu. Mawar sudah tidak lagi merasa seperti orang asing saat berbicara dengan ibu mertuanya. Ia mulai dapat merasakan penerimaan. Dan itu sangat melegakan hatinya. Apalagi di saat yang bersamaan, sifat suaminya juga terasa mulai berubah. Tapi tetap, Mawar masih merasa ragu kalau pernikahannya dengan Awan akan bertahan lebih lama.
"Kamu jaga kesehatan baik-baik, ya. Kerja boleh, tapi jangan lupa istirahat juga. Sesekali liburan malah bagus. Kalau kamu malu ngomong sama Awan buat ngajak liburan, bilang sama Ibu, nanti Ibu yang nyuruh biar Awan ngajak kamu berlibur. Kalau mau titip Rendra di rumah selama kalian liburan juga boleh. Pokoknya kamu tinggal ngomong aja. Ok?"
Meskipun Mawar senang dengan perubahan ibu mertuanya yang kian hari semakin perhatian, Ia sekaligus dibuat merinding setiap kali perhatian itu sudah terlalu jauh. Apalagi kalau sudah menyerempet ke arah liburan berdua. Seperti perhatian yang baru saja dilancarkan ibu mertuanya. Mawar sudah bisa menebak arah pembicaraannya akan berakhir kemana.
"Dulu Kanaya setelah menikah cepet isi, loh. Kamu kira-kira kapan? Ibu fikir kamu sama Awan kayaknya emang perlu liburan berdua. Bulan madu lah istilahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...