57. Jemput Mama

419 62 25
                                    

Happy Reading

Sudah beberapa menit Awan berkutat dengan gembok pagar rumah orang tuanya. Berulang kali Ia memutar kunci namun tak sekalipun membuahkan hasil. Tentu saja, ayahnya sudah mengganti gemboknya agar Awan tak bisa masuk seenaknya.

Awan yang sudah frustasi dengan langkahnya yang selalu gagal akhirnya memutuskan untuk menyerah malam ini. Sebelumnya Ia juga sudah mencoba memencet bel tapi tak ada satu pun yang mau membukakan gerbang.

Dengan langkah kecewa Awan kembali masuk ke mobilnya. Dari cara Awan membanting pintu, Rendra langsung paham kalau kenyataan malam ini tidak berjalan sesuai rencana mereka.

"Mama gak mau keluar, Pa?" tanya Rendra yang tengah memangku sebuket jumbo bunga mawar putih.

Awan menarik nafas untuk menenangkan dirinya. Ia lalu balik memandang Rendra dan mengusap rambutnya. Awan senang sekali sejak Rendra akhirnya mau menuruti permintaannya untuk memanggil Mawar, Mama. Keputusan itu juga yang membuat Awan terpikirkan sebuah cara yang menurutnya akan berhasil membujuk Mawar agar mau pulang dan memaafkannya. 

Semua orang tau, Mawar sangat menyayangi Rendra yang bukan darah dagingnya sendiri. Semua juga bisa melihat betapa Mawar terpuruk saat Melati pulang dan perlahan mulai merebut Rendra darinya. Sampai di titik dimana Rendra tidak lagi memanggilnya bunda, di balik ketegarannya, Mawar menyimpan sakit menyadari posisinya di hidup Rendra.

Kemudian dengan keberhasilan Awan membujuk Rendra, pasti Mawar akan sangat senang. Apalagi ditambah berbagai hadiah yang Awan bawakan malam ini. Buket bunga mawar berukuran jumbo, sekotak cokelat premium dengan belasan varian toping, dan juga kalung dengan liontin berbentuk kelopak mawar yang dipercantik berlian mungil di tengahnya. Dengan semua itu, Awan begitu yakin Mawar akan luluh dan memaafkannya.

Sayang, belum sampai menunjukkan semua keseriusannya, Awan harus pulang lagi dengan tangan kosong untuk kesekian kalinya.

"Besok kita coba lagi ya."

Rendra mengangguk, di pikirannya saat ini hanya ingin menuruti permintaan papanya. 

Awan sedang menarik tuas rem tangan saat tiba-tiba gerbang rumah orang tuanya dibuka oleh seseorang. Melihat itu tentu Awan merasa mendapat kesempatan besar. Dinaikkannya lagi handbrake mobilnya dan memberikan aba-aba pada Rendra untuk ikut keluar kali ini. Sesuai rencananya, Rendra yang akan membawa semua hadiahnya untuk Mawar. 

Pasti berhasil, nih!

Awan sudah sempat melihat siapa yang tadi membuka gerbang. Itu Saka. Sayang begitu pandangan mereka sekilas bertemu, Saka malah buru-buru menutup lagi gerbang yang belum secara sempurna dibukanya. Tapi terlambat, Awan sudah mendapatkan kesempatan untuk melewatinya.

"Thanks, Sak!" ucap Awan, padahal Saka sebenarnya bukan mau membukakan gerbang untuknya.

"Tai lo, Wan! Percuma waktu itu lo dateng ke gue minta saran, akhirnya gak lo lakuin juga. Heran, kok ada orang macam lo, Wan!"

"Sak, jangan nambah pikiran gue dulu."

"Lo yang nambah-nambah pikiran gue, Wan! Stres gue mikirin masalah lo waktu itu. Lo itu temen gue, Wan, gue khawatir rumah tangga lo kenapa-kenapa. Ternyata lo sendiri yang malah gak peduli. Pas gue bilang kasih tau Mawar, lo malah tetep aja ngerahasiain semuanya dari dia. Sekarang lo nyesel? Telat, asu! Udah hancur, gue gak tau harus bantu gimana lagi."

"Maksud lo udah hancur apa, Sak?"

"Pikir lah sendiri, kan lo pinter, Wan! Gue kasih saran malah pakai cara lo sendiri yang sangat wow itu. Berhasil kan cara lo itu, Wan?" sindir Saka, Ia memang begitu kecewa sudah memberikan saran pada kawannya malam itu, nyatanya Awan malah memilih cara lain untuk menyelesaikan masalah.

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang