Cover baru gimana?
Cover lawasnya aku buat jadi header aja yaa!Vote dulu sebelum baca boleh banget, kok!
Happy Reading!
AWAN MAHENDRA
Asli. Sejak awal gue masuk dunia kerja, sampai bertahun-tahun kemudian sekarang gue udah duduk di posisi Head untuk Mechanical Plant, pasti ada saja momen tidur gue diganggu telfon masuk. Dari dulu keluarga gue mikir kalau gue itu gila kerja sampai-sampai tengah malam masih terima telfon, padahal gue juga bukannya seneng di posisi seperti ini. Gue juga mau tidur tanpa rasa khawatir akan ada masalah dengan mesin.
Di plant yang gue urus juga sebenarnya sudah ada karyawan level supervisor, staff, dan teknisi yang bertugas bergantian setiap shift. Gue gak ada sekalipun ragu dengan kemampuan mereka. Beberapa malah ada yang sudah lebih lama masuk ke dunia kerja jauh sebelum gue, jadi masalah pengalaman jangan ditanya. Untuk sekedar masalah mesin yang umum dan berulang, tak akan menjadi masalah untuk mereka. Tapi ya kadang masalah yang datang unik-unik, belum pernah terjadi sebelumnya. Kalau sudah di posisi itu, biasanya si supervisor shift akan nelfon gue buat laporan dan minta solusi barang kali gue kepikiran. Nah, nelfonnya ini yang kadang bikin jengkel karena gak tau waktu. Tapi ya mau gimana lagi, sudah menjadi salah satu tanggung jawab gue kayaknya.
Meskipun gue masih ngantuk berat, gue akhirnya meraih ponsel yang masih bergetar di meja kayu yang ada di samping ranjang. Sebelum mengangkatnya, gue melirik Mawar yang masih tertidur dengan memeluk gue erat, seperti yang gue harapkan tadi. Menyadari Mawar yang akhir-akhir ini sepertinya semakin tak ragu untuk menunjukkan sifat manjanya, rasanya harus banyak bersyukur karena Mawar sama sekali tidak dendam dengan perbuatan gue di awal pernikahan kami dulu. Merasakan pelukannya seperti ini juga bikin gue sejenak melupakan rasa jengkel karena mendapat panggilan tugas di pagi buta seperti ini.
Tapi ya lagi-lagi, tanggung jawab tetap harus dijalankan. Perlahan gue lepas tangan Mawar memeluk gue di dada. Dia sedikit bergerak setelah itu, tapi tak lama Mawar tampak kembali tenang terlelap. Saat itu lah gue yakin untuk menerima telfon di luar kamar, gue gak mau Mawar ikut terganggu dengan pekerjaan gue.
Gue berdiri dengan bersandar ke tembok, mendengarkan penjelasan orang di seberang tentang masalah yang sedang terjadi di plant. Kata Pak Taufan, supervisor yang sekarang bertugas, awalnya salah satu mesin press mati dan sampai sekarang tidak bisa dinyalakan lagi. Mereka yang ada di plant infonya juga sudah koordinasi dengan tim Electric & Instrument tapi belum ketemu juga letak masalahnya. Ini juga tergolong masalah yang unik. Mesin press yang mati ini belum lama diinstal, mungkin belum genap dua tahun sejak pemasangannya. Teknologi yang digunakan juga tergolong baru dan serba otomatis. Sejauh ini belum pernah ada masalah serius pada mesin asal Jepang itu, jadi gue juga sempet dibuat bingung.
"Sambil dicek coba manual book-nya, Pak," saran gue yang mulai frustasi karena panggilan sudah hampir berlangsung selama setengah jam dan kami belum ada solusi.
"Sudah, Pak Aw. Belum ketemu juga. Bapak gak mau kesini?"
Gue mendengus seketika.
"Kalau setengah jam lagi belum selesai, saya kesana," putus gue setengah ikhlas.
"Siap, Pak, coba kami usahakan dulu. Bapak juga mungkin ada saran yang perlu kami cek lagi, Pak?"
Tengah malam diminta berfikir, sudah biasa. Gue dari tadi sudah mengingat-ingat setiap informasi yang pernah gue baca dari manual book-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...