Pagi-pagi sekali rumah keluarga Tjoe-A-On sudah sangat berisik, "Aan, lo gak mau bantuin gue buat angkut ni koper turun apa?" ucap gadis ini kesal sambil mengangkat berat koper miliknya ke bawah.
Nathan datang dengan muka santainya sambil memegang sebuah gelas berisi susu di tangan kirinya dan sehelai roti gandum di tangan kanannya, "Lu kayak mau pindahan," kemudia iya melenggang pergi tidak memperdulikan adiknya itu.
"Sini putri papi, biar papi bantuin. Papi bakal kangen banget ni sama si centil, kamu jangan lama-lama ya, dek" ucap sedih sang ayah yang dengan berat hati harus mengijinkan putrinya itu pergi ke Indonesia bersama Nathan.
Ya benar, setelah perjuangan panjang yang sulit untuk meluluhkan hati sang ayah akhirnya keduanya mendapatkan ijin itu.
—-flashback—
"Halo, where are you dad?""Papi masih di kantor, Ain. Whats wrong, honey?"
"Jam berapa papi pulang?"
"Ini sebentar lagi papi pulang, kamu mau nitip sesuatu?"
"Ada yang mau Ain obrolin dengan papi,"
"Oke, sayang. Papi pulang sekarang, wait a momment ya, sayang"
Sambil menunggu ayahnya pulang, Arine dan Nathan membahas bagaimana caranya meyakinkan sang ayah.
Beberapa saat kemudian terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah, membuat keduanya semakin tidak karuan.
"Halo sayang, kenapa kalian berdua? Papi merasa terpojokkan oleh kalian," ucap sang ayah sambil tertawa dan berjalan menghampiri kedua anaknya itu.
"Dad, hows your day?" ucap Arine berusaha memahami mood sang ayah terlebih dahulu.
"All good, sayang. Whats wrong?" ucap Ayahnya lembut
Nathan dan Arine saling menatap, Nathan memberikan kode untuk memasuki topik saja dan Arine langsung mengangguk.
"Dad, can i go to Indonesia with Aan? Please i will take care of my self, i wont disturbing anyone, and of course Aan will also take care of me," ucap Arine panjang agar tidak dipotong oleh sang Ayah.
Sang Ayah menatap Nathan dalam sebelum membalas anak perempuannya itu, bagaimana dia bisa membiarkan anak perempuan satu-satunya itu pergi jauh tanpa dirinya maupun sang istri. Namun mendengar anaknya memohon seperti itu, hati ayah mana yang tidak luluh.
"How long?" ucap Ayahnya singkat
"Ain gak tau berapa lama, Pi. Ain just miss our hometown, just it," ucap Arine tidak berani menatap mata sang Ayah.
Sambil menghela nafas panjang, sang ayah menatap Nathan
"Seberapa yakin kamu adikmu akan aman dan tidak terjadi apa-apa selama dia di Indonesia, bagaimana jika kamu bertanding di luar negeri?"
"Im promise, Dad. I will take care of Ain. Believe me dad. Ain bakal ikut kemanapun Aan pergi, dan akan Aan pastikan Ain akan aman," ucap Nathan dengan yakin.
"Oke, Papi ijinin Ain untuk ke Indonesia dengan syarat jika terjadi apa-apa Papi bakal langsung beliin tiket detik itu dan kalian harus balik tanpa alasan apapun," tegas Ayahnya kepada kedua anaknya
Keduanya sontak saling menoleh dan meloncat girang sambil memeluk ayahnya erat. Keduanya sudah meminta ijin kepada sang Ibu dan keputusan Ayahnya lah yang akan memberikan perijinan final.
"Thank you, Dad. We love you." ucap keduanya kompak.
—flashback off—
———————————-
"Anak-anak mami, mami sedih deh gak ada kalian di rumah. Mami bakal segera menyusul jika mami kangen kalian ya, tunggu saja kalian," ucap sang Ibu sambil memeluk kedua anaknya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...