Pemandangan pantai saat ini membuat Arine kembali bernostalgia dengan Bali, tempat ia berlibur bersama Rafael dan keluarganya kemarin. Di sini sama indahnya dengan pandangan laut luas dan tentu saja matahari tenggelam yang membuat langit menjadi sangat indah.
Saat ini Arine bersama Ayah dan Ibunya sedang berada di sebuah Cafe dengan nuansa pantai. Jika kalian menanyakan keberadaan Nathan tentu saja pria itu juga sedang berada di tempat yang sama namun kali ini ia sedang berkumpul bersama teman-temannya seperti tujuan awal ia datang ke Ibiza.
"Mami, Ain pergi pesan cemilan dulu ya," ucap Arine saat melihat di meja mereka sudah kosong dan tersisa minuman saja.
Setelah mendapatkan ijin dari kedua orang tuanya, Arine langsung berjalan masuk ke dalam cafe untuk memesan beberapa cemilan untuk ia nikmati bersama keluarganya.
"Hai, long time no see Arine," ucap seseorang tiba-tiba saat Arine sedang melakukan pembayaran.
Tidak asing dengan suara ini, Arine langsung melihat ke samping dan mendapati wajah tidak asing yang sudah lama ia tidak dengar kabarnya.
"Oh hai, Ken," jawab Arine membalas sapaan pria ini.
Ken? Jika kalian ingat, ia adalah orang yang selalu dipukul Nathan jika melukai Arine. Yaapp dia adalah mantan Arine.
"Kamu sejak kapan di sini?" tanya Ken lagi.
Banyak sekali mata menatap ke arah mereka, merasa tidak enak hati akhirnya Arine menyingkir dan berjalan pergi karena banyak yang mengantri tetapi keduanya malah menghalangi meja kasir.
"Uda hampir seminggu, lo ngapain di sini?" tanya Arine balik.
"Aku liburan bareng teman-teman aku," jawab Ken.
Arine hanya menganggukkan kepalanya mengerti, jujur saja ia sudah merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi dari hadapan pria yang bahkan ia tak ingin lihat rupanya sama sekali lagi.
"Hmmm Rin, gue boleh ajak lo buat ngobrol berdua bentar gak?"
"Ngomong aja, tapi gue gak bisa lama-lama soalnya nyokap bokap sama NATHAN uda nungguin," ucap Arine sengaja menekankan nama Nathan agar ia tau bahwa hidupnya sedang dalam bahaya jika macam-macam dengan dirinya.
"Gue mau minta maaf soal foto kita yang gue sebarin, gue gak ada mak...,"
Belum selesai pria itu melanjutkan kata-katanya Arine sudah lebih dahulu menyelanya.
"Lo gak perlu minta maaf, gue uda maafin lo dari sebelum lo minta maaf. Jadi gak perlu gak enak hati sama gue," ucap Arine dengan santainya.
"Rin, apa gue uda gak ada kesempatan lagi?"
Pertanyaan macam apa ini yang Arine dengar dari mulut sampah pria ini, setelah berselingkuh dan membuat kacau pesta ulang tahunnya sekarang dia bertanya apakah dia masih ada kesempatan? Setelah menyebarkan foto yang bahkan Arine lupa itu diambil kapan ia masih sanggup meminta kesempatan? Ingin sekali Arine mencabik-cabik mulut pria ini sekarang.
Belum sempat Arine menjawab, seseorang sudah lebih dulu datang dan menarik Arine ke belakangnya.
"Masih berani lo muncul di depan adik gue?!" ucap Nathan sambil mencengkram kuat kerah baju pria ini.
Arine yang takut membuat kehebohan langsung menarik Nathan mundur, ia takut ini akan menjadi skandal untuk Nathan dan ia tak ingin karir Nathan rusak hanya karenanya.
"Aan uda yaa, Ain gak mau Aan sampai kenapa-kenapa gara-gara masalah ini," ucap Arine berusaha menenangkan Nathan.
Nathan akhirnya mendengarkan perkataan Arine dan melepaskan cengkramannya, ia menarik Arine pergi dari hadapan pria brengsek ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...