56. Yuhuu 🦋✨

1K 63 17
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Arine bergegas berjalan turun dari kamarnya karena ia sudah mendengar suara mobil berhenti di pekarangan rumahnya yang menandakan bahwa pria yang ia tunggu sudah tiba di rumahnya.

"Lama gak nampak, makin kekar aja kamu," ucap Melinda berbincang dengan Rafael yang baru saja tiba.

"Iya ma, hasil ngegym terus ini. Tumben gak ngantor ma?" tanya Rafael karena biasanya jam segini jika ia datang ke rumah Arine maka hanya akan rumah kosong yang ia temui.

"Iya, hari ini mau temenin Oma sama Opa Arine buat check up rutin. Tuh Arine uda turun," ucap Melinda saat mendengar suara derap langkah anak gadisnya.

Arine berjalan menghampiri keduanya, kemudian ia pamit dengan Ibunya dan pergi bersama Rafael untuk bersenang-senang hari ini. Keduanya bisa dibilang sudah tidak bertemu kurang lebih hampir tiga minggu, apalagi pertemuan mereka hanya terisi pertengkaran keduanya saja.

"Kamu gak mau hug aku?" tanya Rafael saat melihat Arine yang dari pertama kali masuk ke dalam mobil mulai sibuk dengna ponselnya.

Arine menoleh, "Kan kamu mantanku, kalau aku nempel ke kamu nanti apa bedanya aku sama mantan-mantan kamu yang lain?" ucap Arine sebenarnya tidak bermaksud menyindir tapi rasanya ini seperti tamparan untuk Rafael bahwa masalah mereka yang kemarin belum selesai.

Rafael langsung menarik Arine agar bersandar padanya, "Orang kamu bukan mantan aku, kamu pacar aku sayang," ucap Rafael sambil tetap fokus menyetir mobilnya.

"Emangnya kita balikan?"

"Emangnya aku ada mengiyakan kamu waktu bilang putus ke aku? Putus itu kalau dua pihak setuju sayang, kalau satu pihak aja yang setuju tapi pihak yang satu gak setuju ya mana bisa," ucap Rafael dengan santainya.

Arine terkekeh mendengar perkataan Rafael, karena memang tidak ada persetujuan dari Rafael pada saat itu.

"Maafin aku ya, uda buat salah paham kita membesar. Padahal kalau kita gak salah paham mungkin gak akan ada orang yang manfaatin kesempatan itu," ucap Arine memulai topik yang dari kemarin belum mereka bahas.

Sesungguhnya Arine tidak ingin mengungkit masalah ini, tapi tetap saja mereka berdua harus dewasa dalam menyelesaikan ini. Mereka belum menuntaskan masalah ini, biarpun satu sama lain sudah mengerti tapi keduanya harus tetap memperjelas dan saling berintrospeksi dari masalah ini.

"Aku juga gak seharusnya nuduh kamu sembarangan hanya dari foto yang beredar, aku malah keikut omongan orang yang gak kenal kamu padahal aku jauh lebih kenal kamu dari pada mereka," ucap Rafael membalas omongan Arine.

Mobil Rafael sudah berhenti di sebuah gedung pusat perbelanjaan tapi keduanya masih memutuskan untuk berada di mobil untuk menuntaskan kesalahpahaman mereka kemarin.

"Hari itu aku gak sengaja ketemu Ken, aku gak expect dia akan ada di sana karena bahkan di sosial media pun kami uda gak saling follow,"
"Kita sempat ngobrol bentar seperti yang ada di foto itu, dan isi percakapannya adalah dia tanya 'apa dia masih ada kesempatan'. Aku sangat emosi di sana, aku cuman berpikir setelah dia nyakitin hati keluarga besar aku dia masih ada muka untuk nanyain kesempatan untuk dia. Dan untungnya Nathan datang buat selamatin aku,"

Rafael mendengarkan penjelasan Arine dengan baik, dia memang sudah mengetahui sedikit cerita dari Nathan. Hari itu Nathan langsung menghubungi dirinya dan menceritakan apa yang terjadi, tapi emang dasarnya Rafael sedang emosi juga maka ia merasa semua penjelasan Nathan hanya omong kosong.

"Maaf aku malah berpikir buruk ke kamu," ucap Rafael penuh penyesalan.

Seandainya hari itu ia tidak menuduh Arine dan mau menurunkan egonya untuk bertemu dan menghubungi Arine mungkin hal ini tidak akan terjadi. Dan seandainya ia tidak menyimpulkan sendiri dan menganggap omongan Nathan hanya semata-mata menutupi kesalahan Arine, mungkin mereka tidak akan melalui masa buruk itu.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang