35. The Truth

1.1K 114 7
                                    

Arine dan Rafael saat ini sedang berjalan mengelilingi komplek rumah Rafael, awalnya Arine menolak karena bagaimanapun Rafael baru saja sembuh. Tapi karena Rafael yang terus memaksa akhirnya Arine terpaksa meminta ijin kepada Ayah dan Ibu Rafael untuk membawa pria ini berkeliling di sekitar rumah saja.

"Kamu mau es krim apa sayang? Yang pisang gak ada," ucap Rafael sambil mencari es krim untuk Arine.

Keduanya saat ini sedang berada di minimarket komplek Rafael.

"Apa aja boleh yang penting gak strawberry sayang," ucap Arine sambil menenteng dua botol mineral.

Rafael langsung mengambilkan sebuah es krim apapun yang menurutnya tampak menarik.

Setelah membayar belanjaan keduanya, Arine dan Rafael memutuskan untuk duduk di taman komplek Rafael. Tidak ramai karena mungkin anak-anak masih belum kembali dari sekolahnya.

"Kamu nanti jangan kemaleman baliknya," ucap Rafael sambil membukakan mineral untuk Arine.

Arine menyambut mineral yang dibukakan Rafael dan menanggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

"Sayang," panggil Rafael.

"Hmm," deham Arine membalas panggilan Rafael.

"Maaf aku gak cariin kamu waktu itu," ucap Rafael kembali membahas kesalahpahaman mereka kemarin.

Keduanya memang masih belum menemukan waktu yang tepat untuk deeptalk seperti ini, dan Rafael merasa kali ini waktu yang tepat.

"Jujur aku sempat kecewa dengan kamu sayang, aku sakit hati waktu dengar kamu bilang aku bukan orang yang bisa ngelindungin kamu. Aku kesal, aku marah, aku kecewa sama kamu," ucap Rafael menceritakan perasaannya kala itu.

Arine masih terdiam, ia ingin mendengarkan isi hati Rafael karena memang dirinya pun merasa ini salahnya.

"Aku langsung ninggalin kamu waktu itu, aku hancur banget sayang. Benar-benar hancur, aku nyalahin diri aku sendiri kenapa aku gak bisa lindungin kamu padahal kamu butuh perlindungan aku," ucap Rafael lagi.

"Aku waktu itu gak langsung pulang, beruntung ada Ivar yang datang hampirin aku dan sempat nasehatin aku. Akhirnya aku mutusin untuk pulang, dan malamnya Nathan ngajak aku untuk ketemuan. Setelah melihat Nathan malam itu, perasaan aku berubah sayang. Aku akhirnya tau gak seharusnya aku seemosi itu sama kamu, gak seharusnya aku ninggalin kamu waktu kamu lagi nangis sehisteris itu. Tapi aku sadar, aku di sanapun aku pasti dengan emosi aku bahkan sampai malam itu aku masih sedikit emosi dan egois untuk balik ngehubungin kamu," ucap Rafael meneruskan ceritanya.

Arine masih sama, ia ingin mendengar lebih lanjut apa yang menjadi uneg-uneg kekasihnya ini.

"Aku ngurung diri aku sendiri selama gak ngehubungin kamu, aku benar-benar pengen instrospeksi diri sayang. Tapi aku selalu nanyain kamu lewat Nathan, bahkan waktu kamu bisa bersenang-senang di pantai aku senang banget sayang," ucap Rafael lagi.

Arine tentu saja sedikit terkejut, ternyata Nathan memberitahukan keadaan dirinya kepada Rafael. Dan ternyata pikiran Arine yang bilang bahwa Rafael tidak memperdulikannya itu salah besar. Rafael tidak pernah meninggalkannya, bahkan sampai dirinya harus sakit dan dirawat di rumah sakit karena Arine.

"Kenapa kamu gak langsung tanya kabar aku langsung?" tanya Arine penasaran.

"Aku sempat telepon kamu malam itu sayang, tapi handphone kamu gak aktif dan kata Nathan kamu sengaja matiin semua akses komunikasi kamu," ucap Rafael menjawab pertanyaan Arine.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang