Setelah hari itu, Arine mulai membiasakan diri untuk menjalani kehidupannya sendiri. Ia juga kembali membatasi semua aktivitas sosial medianya agar hidupnya lebih tenang saja. Arine juga sudah kembali ke rumahnya karena kedua orang tuanya sudah kembali dari perjalanan bisnisnya.
"Kamu pagi-pagi mau kemana?" tanya Melinda saat melihat anak gadisnya yang sudah rapi dan berjalan turun tanpa perlu dibangunkan.
"Ain mau jogging aja mami, uda lama juga gak keliling komplek," ucap Arine sambil menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.
Melinda membawakan segelas susu untuk anak gadisnya yang sudah duduk di meja makan.
"Kamu mau roti? Atau susu aja cukup?" tanya Melinda.
"Susu aja mi, nanti Ain sambil nyari sarapan di luar aja," ucap Arine setelah menghabiskan segelas susu yang diberikan Melinda.
Arine bangkit berdiri dan mulai berjalan mengambil sepasang sepatu yang akan ia pakai pagi ini, setelah itu ia berpamitan dengan Ibunya dan mulai berjalan ringan untuk mengawali olahraganya pagi ini.
Pagi ini cuaca cukup cerah dan cocok untuk berolahraga, Arine bertemu cukup banyak orang hari ini. Ada yang ia kenal dan ada beberapa orang yang tak ia kenal juga. Ntah lah Arine merasa dirinya kurang bersosialisasi di sini, atau memang penghuni baru di sini. Tapi terkadang Arine sedikit kaget karena mereka tau nama dirinya.
"Tumben nampak batang hidung lo hari ini, kapan lo balik ke rumah?" seseorang tiba-tiba menghampiri Arine yang sedang berjalan santai setelah mengatur nafasnya karena ia baru saja menyelesaikan joggingnya.
"Semalam baru balik, ngapain lo?" tanya Arine merasa bingung kenapa manusia ini ada di sini.
"Mancing gue, Rin. Pakai nanya lagi gue ngapain, kurang jelas baju olahraga gue?" merasa kesal dengan pertanyaan Arine yang tidak masuk akal.
Arine terkekeh mendengar jawaban sahabatnya itu, Alice. Pertanyaan bodoh Arine sebenarnya hanya bentuk keterkejutannya karena tiba-tiba gadis ini berjalan di sebelahnya.
"Lo kok bisa di sini?" tanya Arine lagi.
"KITA SEKOMPLEK CLAYRINE NOEL KALAU LO LUPA," teriak Alice karena sudah kesal dengan pertanyaan tidak masuk akal dari sahabatnya ini.
Lagi-lagi Arine dibuat ngakak karena bisa-bisanya ia lupa bahwa Alice dan dirinya masih tinggal di komplek yang sama. Ntahlah Arine merutuki kebodohannya tapi ia juga terhibur karena dengan seperti itu ia bisa melihat wajah kesal dari sahabatnya ini.
"Lo diam aja deh, Rin. Pagi-pagi dah nguji kesabaran gue lo," ucap Alice menghentikan Arine yang baru saja mau membuka mulutnya untuk berbicara lagi.
"Sorry Aliceeee," ucap Arine dengan manjanya kemudian ia memeluk lengan Alice.
Keduanya kemudian berjalan bersama sambil bercanda sesekali, tak lama kaki mereka melangkah ke sebuah cafe agar keduanya bisa bersantai sejenak menikmati pagi hari mereka dengan indah.
"Americano dingin satu, matcha latte satu," ucap Alice langsung memesan tanpa menunggu Arine yang masih melihat menu.
Sebenarnya tanpa Arine melihat menupun Alice sudah tau apa yang akan dipesan gadis itu, ia hanya bergaya saja melihat menu padahal setiap kali keluarpun ia hanya memesan Americano dan beberapa cemilan berbeda saja.
"Tau aja lo," ucap Arine sambil menyengir karena ternyata Alice masih sangat memahami dirinya dengan baik.
Alice hanya melirik sinis ke arah Arine kemudian ia membayar pesanan mereka, kemudian keduanya berjalan mencari tempat duduk yang lebih nyaman agar mereka bisa bersantai sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...