"Gilaa Arine, ini lo berdua Rafa booking villa segede ini cuman buat tinggal berdua doang?" ucap Nadia terkejut melihat villa yang dihuni oleh kedua manusia ini.
Arine terkekeh mendengar suara terkejut dari Nadia.
"Kita gak bayar untuk villa ini, Nad. Rafael mendapatkan tawaran gratis untuk menempati villa ini. Tapi sekarang kita bertiga di sini," ucap Arine
Nadia datang bersama Marselino ke villa tempat Rafael, Nathan, dan juga Arine tinggal. Sama seperti ketiga manusia ini, mereka juga sedikit bingung akan kemana lagi.
"Oh iyaa Nathan juga ngintilin di sini ya, tapi kemarin gue masih ngelihat story dia di villa sebelumnya?"
"Kita bolak-balik karena sama seperti Rafael, Nathan juga mendapatkan tawaran villa gratis. Karena memang diberikan 2 minggu makanya Nathan tetap mempromosikan villa itu juga," ucap Arine menjelaskan pertanyaan Nadia.
"Ayoo kita makan dulu," ucap Nathan dengan celemek yang masih bergantung di lehernya.
Arine langsung mengajak Nadia dan Marselino yang masih asik bermain PS dengan Rafael untuk segera menuju meja makan dan menikmati hidangan yang disiapkan oleh Nathan. Pria ini memang memiliki bakat memasak dan Arine yang selalu menjadi kelinci percobaan pria itu.
"Gak nyangka gue lo bisa masak, Nath," ucap Marselino tak percaya dengan apa yang ia lohat.
Menu yang Nathan hidangkan tak begitu banyak varian, hanya beberapa seafood seperti udang dan kepiting namun itu cukup menarik di mata keempat manusia yang sudah bagai hantu kelaparan.
"Masak si bisa, cuman rasanya ya gue gak tau," ucap Nathan terkekeh mendengar perkataan Rafael.
Mereka langsung duduk di meja makan dan mulai menyantap makanan yang dimasak oleh Nathan dengan sangat lahap.
"Gile seh, ini enak banget," ucap Marselino tak berhenti kagum dengan masakan Nathan.
"Lo belajar masak dari mana si?" tanya Nadia juga tak percaya dengan rasa makanan yang ia coba saat ini.
"Emang uda bakat terpendam aja si," ucap Nathan dengan nada songongnya yang membuat Arine ingin mencabik-cabik muka Nathan sekarang.
"Lo pada gak usa muji diaaa, terbang yang ada," ucap Arine tak terima melihat wajah sombong dari Nathan karena dipuji.
Nathan langsung memberikan tatapan mematikan kepada Arine, "Gak usa iri, uda bagus gue selalu masakin lo ya," protes Nathan melihat wajah tak suka Arine.
"Ya kann gue yang selalu jadi kelinci percobaan, mana mereka tau waktu dapur rumah hampir kebakaran karena kelakuan lo," ucap Arine tak terima juga.
Rafael, Nadia, dan Marselino tentu saja tertawa melihat kelakuan dua kakak beradik yang sedang berdebat ini. Meskipun Nadia dan Marselino tak mengerti dengan bahasa keduanya tapi mereka cukup yakin bahwa itu adalah perdebatan tentang masakan Nathan.
"Lo berdua kalau bukan kakak adik gue yakin pasti jodoh, mirip bangett kelakuannya," ucap Nadia gemas dengan perdebatan Nathan dan Arine.
"GAK MAU GUE JODOH SAMA MANUSIA GINI, NAD. MAKAN HATI GUE TIAP HARI," teriak Arine frustasi membayangkan harus menghadapi Nathan yang sifatnya kurang lebih seperti dirinya itu.
"GUE JUGA MIKIR DUA KALI KALAU KETEMU CEWEK KAYAK LO," teriak Nathan balik.
"LO PIKIR GUE MAU SAMA LO?"
"TRUS LO PIKIR GUE MAU?"
"LO UDA MALAS MANDI, JOROK LAGI,""LO PIKIR LO BERSIH? ITU KAOS KAKI LATIHAN LO JUGA SERING LO TUMPUKIN!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...