"Ain, ayo turun cepat. Uncle Joy uda tungguin dari tadi loh," ucap Melinda memanggil anak gadisnya yang dari tadi tidak kunjung turun.
"Mami, kenapa dari sekian orang yang datang harus Uncle Joy yang datang?" ucap Arine kesal sambil menenteng kopernya turun.
Tenang saja koper gadis ini tidak seberat besar kopernya karena ia sudah memperkirakan untuk tidak membawa banyak baju karena tujuannya adalah ia akan berbelanja di sana.
"Heh keponakan durhaka kamu ya, uncle bela-belain pulang dari Belgia langsung ke sini malah dapat sambutan tidak enak dari kamu ya. Sini uncle jewer dulu telinganya," ucap Joy sambil menghampiri Arine.
Arine sudah bersiap-siap memejamkan matanya, karena ia yakin jeweran ini akan sakit karena pamannya itu kesal dengan dirinya. Namun ia salah, pamannya mengambil alih koper miliknya dan menggantikannya dengan sebuah totebag berisi oleh-oleh dari Belgia dan salah satunya adalah coklat. Walaupun Arine tidak begitu menyukainya namun itu akan dikecualikan jika coklat itu berasal dari Belgia yang terkenal dengan coklatnya itu.
"Aaa Unclee, maafin Ain," ucap Arine sambil membuntuti Joy dari belakang.
Melinda dan Romeo hanya bisa terkekeh melihat tingkah laku anak gadisnya itu. 'Love and hate relationship' itulah kalimat yang bisa mendeskripsikan hubungan keduanya.
"Mami janji ya harus nyusul nanti setelah urusannya selesai," ucap Arine tidak terima ibunya itu tidak bisa ikut ke Indonesia hari ini.
"Iya sayangnya mami, pasti mami akan nyusul ke sana. Mami uda kangen banget sama soto ayamnya, maaf ya mami gak bisa antar kalian ke bandara juga," ucap Melinda merasa bersalah karena urusan mendadak perusahaannya yang tak bisa ia tinggalkan.
Romeo sangat mengerti keadaan istrinya itu, bahkan di tengah kesibukannya Melinda masih mengusahakan untuk kembali ke rumah untuk menyiapkan makan siang sebelum Romeo dan Arine berangkat ke bandara.
"Kamu hati-hati ya sayang, kabarin aku terus ya," ucap Romeo sambil memeluk istrinya itu erat.
Setelah berpamitan akhirnya Arine dan Romeo masuk ke dalam mobil milik Joy dan mobil akhirnya melaju meninggalkan pekarangan rumah keluarga Tjoe A On.
—0o0–
Indonesia
"Nath, kenapa ponsel Arine gak aktif si? Dia terakhir kabarin gue dia tidur tapi sampai sekarang dia belum kabarin gue," ucap Rafael tiba-tiba menghampiri Nathan yang sedang berlari di atas treadmill.
"Tuh bocah pasti ngecharge ponselnya, memang kebiasaan buruk tuh bocah gak hilang-hilang dah," ucap Nathan memberikan alasan logis kepada Rafael supaya pria itu tidak curiga.
Arine memang kurang ajar, ia meminta Nathan untuk menipu Rafael bahwa dirinya tidak bisa datang menyaksikan pertandingan pertamanya karena Ibunya yang ada urusan mendadak dan Arine harus menemani Ibunya menyusul nanti. Lihatlah sekarang, untung saja kecepatan otak Nathan sedang bekerja dengan baik.
Nathan menatap Rafael yang tampak sedikit frustasi, sebenarnya ia merasa bersalah juga. Apalagi malam ini adalah pertandingan yang lumayan sulit untuk mereka.
"Nanti gue coba tanyain ke mami deh, lo tenang aja. Gue bisa pastiin dia baik-baik aja, trust me," ucap Nathan menenangkan Rafael.
Rafael hanya bisa menganggukkan kepalanya namun raut wajahnya masih tetap khawatir dengan keadaan gadisnya itu.
"Lo harus bayar mahal buat dosa yang gue buat hari ini, Ain," ucap Nathan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...