"Maafin aku,"
Kata-kata itu bukan keluar dari mulut Rafael, tapi Arine.
Keduanya baru saja duduk di dalam mobil, belum sempat Rafael menyalakan mesin mobilnya ia sudah mendengar gadis itu memulai percakapan di dalam mobil ini. Harusnya Rafael yang meminta maaf, bukan Arine.
"Sayang, aku yang salah. Kamu gak perlu minta maaf," ucap Rafael menggenggam erat tangan Arine.
Arine tersenyum, "Aku gak seharusnya marah sama kamu, maaf kalau aku selalu lari dari masalah. Harusnya aku tadi gak kayak gitu," ucap Arine sambil menahan tangisnya.
Ia merasa bersalah karena sudah bersikap kekanak-kanakan seperti tadi, harusnya Arine lebih bisa bersikap dewasa dan membicarakan dengan Rafael baik-baik. Bukannya malah memilih untuk pergi dan menghindari masalah seperti ini.
Rafael langsung membawa gadisnya ini ke dalam pelukannya.
"It's not your fault, sayang. Aku seharusnya bisa menolak pelukan dia, tapi aku malah diam kayak orang bego sayang. Maafin aku, aku benar-benar ngefreeze tadi. Di pikiran aku cuman gimana kalau kamu salah paham lagi, gak ada yang lain sayang," ucap Rafael pelan tepat di sebelah telinga Arine.
"Aku juga kecewa sama respon aku, kenapa harus sampai papa yang negur. Aku bego sayang," ucap Rafael merutuki kebodohannya.
"Maaf uda buat kamu nangis untuk kesekian kalinya, maafin aku," ucap Rafael lagi dengan pelan.
Arine bingung harus merespon apa, dirinya juga masih terbawa suasana hatinya hari ini. Padahal dirinya pikir setelah pertandingan tadi dia akan menghabiskan waktu bersama Rafael dengan bahagia tapi nyatanya mereka harus seperti ini, saling meminta maaf.
"Maafin aku juga," ucap Arine pelan.
—0o0–
"Kamu beneran marahin dia?" tanya Arine sangat excited mendengar cerita Rafael yang memarahi Nia.
Saat ini keduanya sudah tiba di sebuah cafe di dekat rumah Arine yang lumayan sepi, keduanya sudah memesan beberapa makanan dan minuman. Dan saat ini mereka sedang menunggu orderannya diantarkan ke meja.
"Iya, aku benar-benar terganggu dengan dia," ucap Rafael.
"Tapi tadi kamu tampak nyaman dipeluk dia," ucap Arine sambil mengerucutkan bibirnya tak terima.
"Kalau aku nyaman pelukannya uda aku balas sayang, kamu ada lihat aku balas pelukannya?" tanya Rafael tak terima dituduh seperti itu.
"Ya sama aja sayang, harusnya tadi aku langsung samperin dan ngedorong dia ya biar kayak di drama korea yang aku tonton. Istri sah ngelabrak pelakor," ucap Arine sambil membayangkan dirinya sekeren di drama-drama yang ia tonton biasanya.
Rafael tersenyum jahil, "Jadi uda siap jadi istri sah aku?" tanya Rafael.
Arine tampak menyadari dirinya yang salah berbicara, "Ngg-gakk, maksud aku itu kalau misal nanti itu anu kalau misalnya nanti kan kamu itu," ucap Arine sedikit gagu dan bingung dengan penyusunan kalimat yang akan ia ucapkan.
"Kenapa harus gugup si sayang, tinggal bilang aja 'aku siap sayang'. Benar-benar aku langsung nikahin kamu sekarang," ucap Rafael sambil mencubit kedua pipi Arine yang sangat menggemaskan dimatanya.
"Sakitt, Ael," ucap Arine tak terima kedua pipinya dicubit.
"Panggil aku Ael lagi, aku jitak ya sayang," ucap Rafael tak suka Arine memanggilnya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...