31. Sama-Sama Hancur

1.2K 123 5
                                    

Keadaan kediaman Tjoe-A-On saat ini sangat sunyi, tidak ada keributan yang tadi pagi terjadi. Ivar pun sudah kembali tadi dan berpamitan pulang, dan Nathan juga tau Rafael sudah tiba di rumahnya dengan selamat tadi berkat Ivar.

Nathan menatap Arine yang saat ini sedang duduk di balkon kamarnya sambil menatap ke luar rumahnya, Nathan sebenarnya sudah mendengar sekilas dari Ivar yang mendapat cerita dari Rafael langsung. Namun Nathan belum bisa menyimpulkan apa-apa karena gadis ini belum berbicara apa-apa.

"Aan," ucap Arine dengan lemah yang membuat Nathan langsung berjalan bersandar pada besi balkon sambil menatap Arine seakan-akan meminta gadis itu melanjutkan omongannya.

Arine menatap Nathan dalam dengan mata yang mulai memerah, "Apa Ain keterlaluan?" ucap Arine lirih dan menunduk menahan tangisnya.

Nathan langsung memeluk erat tubuh adiknya yang langsung bergetar hebat saat ini, Nathan tidak tau sakit apa yang ditahan oleh Arine saat ini. Tapi pasti ini sangat menyakitkan, karena Arine bukan tipe gadis cengeng yang akan merengek seperti ini.

"Kamu gak perlu cerita sekarang, Aan cuman mau kamu keluarin semua aja. Ada Aan di sini, kamu gak perlu takut. Jangan menyimpan sakitnya sendiri, bagi ke Aan juga ya," ucap Nathan sambil mengelus pelan punggung Arine untuk menenangkannya.

Tangis Arine semakin pecah, apakah salah dirinya menaruh harapan pada Rafael? Apakah salah dirinya berharap Rafael akan memperlakukan dirinya seperti Nathan? Apakah benar figur seperti Nathan tak akan ia temui di pria lain? Lalu jika hanya Nathan, bagaimana Ia harus meneruskan hidup jika bergantung terus dengan Nathan?

"Aan pernah janji sama kamu, siapapun yang nyakitin Ain gak akan ada pengampunan apapun dari Aan. Kasih tau ke Aan, apa yang dia lakuin ke kamu?" ucap Nathan dengan nada seriusnya.

Arine menggelengkan kepalanya, karena dia tau Nathan akan melakukan apapun untuk Arine. Dia tidak peduli itu temannya atau bukan, Arine akan menjadi alasannya melakukan segalanya untuk Arine.

"Nggak Aan, bukan salah Rafa ini bukan salah dia. Ekspektasi Ain yang berlebih," ucap Arine dengan suara yang sangat bergetar saat ini.

Arine sulit menjelaskannya sekarang, ia tidak tau akan menjadi seperti ini pada akhirnya. Rafael bahkan tidak menghubunginya setelah kejadian itu, Arine tidak tau keadaan pria itu saat ini bagaimana.

Nathan tidak mengerti apa yang terjadi saat ini, ia sangat kecewa dengan Rafael terlepas dari siapa yang salah saat ini. Jika di dunia ini ada yang membuat Arine menangis, itu hanya boleh Nathan yang membuatnya dan tidak ada seorangpun yang memiliki hak untuk itu selain dirinya. Dan Rafael melakukannya hari ini, Nathan benar-benar tidak bisa menerima itu.

"Ain, maafin Aan yang uda gegabah nitipin kamu ke orang yang bahkan Aan gak tau gimana sifatnya. Aan selalu bilang ke kamu, siapapun yang nyakitin kamu maka orang itu akan hilang dari hadapan kamu. Tapi kali ini Rafael, orang yang Aan begitu percaya tapi dia hilangin kepercayaan Aan begitu aja. Maafin Aan," ucap Nathan di dalam pelukannya.

Arine melepaskan pelukannya, ia menatap Nathan dalam. Ia tak ingin kali ini Nathan berbuat sesuatu yang tidak bisa ia kontrol lagi, bagaimanapun Rafael adalah teman setanah airnya.

"Aan jangan, Ain mohon. Ain sayang Rafael, sangat sayang," ucap Arine memohon kepada Nathan.

Nathan terdiam mendengar ucapan Arine, Arine akhirnya melepaskan pelukannya. Kali ini ia sudah bisa lebih tenang, ia menatap Nathan dalam. Tatapan tulus Nathan mampu membuat Arine merasa sangat tenang kali ini.

Arine mulai menceritakan apa yang ia lihat tadi pagi dan apa yang terjadi di belakang taman tadi. Nathan mendengarnya dengan serius kali ini, Arine menjelaskan alasan kenapa ia akhirnya bisa sangat marah. Nathan perlahan mulai mengerti, ia memposisikan diri pada keduanya dan memang sama-sama menyakitkan. Nathan tau apa yang ada dipikiran Arine dan Rafael, dan lagi-lagi Nathan tak bisa menyalahkan kedua manusia ini.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang