"Akhirnyaa aku bisa di sini, ini benar-benar pengalaman pertama aku di Bali," ucap Arine sambil melebarkan kedua tangannya dan berputar-putar di bandara.
Banyak sekali mata yang menatap ke arah Arine tapi ia tak memperdulikan itu, Rafael hanya tersenyum melihat gadisnya yang sangat bahagia dan ia tak peduli dengan banyaknya mata yang memandangi mereka. Hal yang penting adalah jika gadis ini bahagia maka Rafael akan bahagia juga.
"Thank you sayang, ini pengalaman pertama aku dan bareng kamu di sini," ucap Arine sambil memeluk Rafael erat.
Rafael membalas pelukan gadis ini, ia juga bahagia bisa liburan bersama gadis yang ia sayangi ini ke tempat favorite nya, Bali.
"Mari bersenang-senang sayang, di sini akan lebih bebas karena mereka menghargai privacy kita," ucap Rafael sambil merangkul gadisnya ini.
Arine menganggukkan kepalanya dengan mantap, keduanya berjalan ke tempat pengambilan bagasi dan kemudian mereka meluncur ke villa yang sudah mereka pesan untuk beberapa minggu di Bali.
"Ini besar banget kalau cuman untuk kita berdua sayang," ucap Arine saat keduanya sudah sampai di villa.
"Ini dari mereka sayang, Shayne bilang emang di sini sangat nyaman," ucap Rafael sambil memasukkan koper keduanya ke dalam kamar masing-masing.
Arine berkeliling sejenak melihat sekitar villa dan dia senang dengan lingkungan villa di sini, sangat tenang tanpa ada keributan apapun. Arine masuk ke dalam kamarnya dan ia langsung merebahkan badannya yang sudah sangat lelah itu.
"Nyaman sekali, Aan kenapa nyebelin banget sih. Aku jadi kebayang wajah dia dari tadi," ucap Arine kesal karena ia terngiang-ngiang dengan wajah nyebelin Nathan.
Rafael terkekeh mendengar ucapan Arine karena dirinya pun tau gadis ini sebenarnya merindukan Nathan padahal keduanya baru terpisah kurang lebih satu hari.
"Kamu mandi dulu, habis itu kita ke tempat Nathan," ucap Rafael meminta gadisnya untuk bersiap-siap.
"Aku lapar," ucap Arine sambil menghampiri Rafael dan memberikan wajah memelasnya.
Rafael mengapit hidung Arine dengan gemasnya, "Mandi dulu, habis itu kita nyari makan bareng keluarga kamu," ucap Rafael.
Arine mendengus kesal tapi ia langsung berjalan ke toilet villa ini dengan menenteng pakaian yang akan ia pakai nanti. Rafael pun melakukan hal yang sama, ia bergegas ke toilet di luar agar keduanya bisa siap bersamaan.
—0o0–
"Gue memang punya feeling buruk kalau nyamperin lo, bangun gak lo!" ucap Arine kesal melihat Nathan yang masih asik tidur padahal sekarang sudah pukul 7 malam.
Nathan tetap tidak mau bergerak, ia masih memejamkan matanya tak memperdulikan adiknya yang terus mengganggunya dari tadi.
"AAANNNN," teriak Arine tepat di telinga Nathan.
Nathan membuka kedua matanya yang memerah dan menatap sinis ke arah Arine yang berteriak sekeras itu.
"Pecah gendang telinga gue, mau ganti lo?" ucap Nathan dengan suara serak ciri khas bangun tidurnya itu.
"Gue ganti pakai gendang telinga babi mau?" tanya Arine kesal.
Nathan tak mempedulikan Arine, ia kembali memejamkan matanya namun belum sempat tertutup sempurna Arine sudah lebih dulu menahan kedua matanya.
"Lo tidur lagi gue congkel biji mata lo," ucap Arine.
Nathan langsung menarik adiknya sehingga Arine langsung jatuh tepat di sebelah Nathan, Nathan memeluknya erat menjadikannya sebagai guling.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...