Matahari baru menampakkan dirinya, namun seorang gadis sudah bangun dan siap dengan outfit jalan-jalannya. Arine memoleskan moisturizer ke wajahnya dan sunscreen untuk melindunginya dari panas matahari Qatar. Terakhir Arine memoleskan liptint agar bibirnya tidak tampak pucat.
Karena masih pagi dan pasti kedua orang tuanya juga belum bangun, Arine memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepada kedua orang tuanya bahwa ia sudah berangkat. Tadi malam Arine sudah memberitahukan bahwa ia akan pergi bersama Rafael hari ini, dan tentu saja orang tuanya setuju. Malam nanti jika tidak ada halangan, mereka akan makan malam bersama seperti yang direncanakan Ayah dan Ibu Arine tadi malam.
Ting.. ting.. ting..
Arine langsung melihat notifikasi chat yang masuk, dan ternyata Rafael sudah menunggunya di depan pintu kamar dengan pakaian yang simple namun dapat membuat Arine termenung sejenak.
"Kita sarapan aja dulu ya, mama sampenya siang katanya," ucap Rafael sambil berjalan berdampingan dengan Arine.
Tidak banyak pilihan saat pagi hari begini, jadi keduanya hanya mampir di supermarket untuk membeli roti dan susu. Keduanya duduk di taman, sambil melihat beberapa orang yang sedang berolahraga dan menikmati udara pagi di sini.
"Nanti setelah pertandingan ini kamu tetap ikut Nathan?" ucap Rafael membuka pembicaraan.
Arine mengangkat bahunya tidak tau, "Pengennya si ikut, cuman kata Nathan masih gak jelas juga. Kalau kalian menang dia akan ke Paris, dan maaf kalau nggak berarti kita berdua bakal balik ke Belanda langsung," ucap Arine membalas ucapan Rafael.
Rafael menganggukkan kepalanya, "Tapi Juni nanti ada pertandingan juga di Indonesia, kemungkinan jika menang nanti, kita akan pulang ke Indonesia dulu. Kamu ikut kan?" tanya Rafael memastikan.
"Oh ya? Aku baru tau masih ada pertandingan di Indonesia, kalau begitu mungkin aku bakal ikut si," ucap Arine. Ia baru tau jika setelah ini kegiatan Nathan masih akan berlanjut di Indonesia, tentu saja ia senang karena ia senang berada di Indonesia.
Rafael yang mendengar Arine akan ikut tentu saja merasa bahagia, ia pikir Arine akan kembali bersama orang tuanya setelah pertandingan di Qatar. Walaupun kembali ke Belanda, dan Rafael pasti akan kembali juga tapi akan terasa berbeda karena harus berpisah jarak sebentar. Rafael tidak mau itu terjadi.
"Ayo kita ke cafe dekat sini, kemarin pas keliling bareng Ivar aku ada lihat sebuah cafe," ajak Rafael.
Keduanya langsung berdiri dan berjalan ke arah cafe yang Rafael katakan tadi. Tempatnya tersembunyi, namun tetap tidak jauh dari hotel mereka.
Cafe bernuansa klasik ini memberikan suasana tenang kepada keduanya, mereka memesan menu miniman untuk mereka nikmati berdua sambil menunggu waktu untuk menjemput mama dari Rafael.
Keduanya larut dalam pembicaraan mereka, saling bertukar pendapat mengenai makanan, fashion, bahkan tentang gosip-gosip yang saat ini sedang tersebar.
"Ada muncul di Tiktok katanya Nathan ada pacar ya," tanya Rafael penasaran juga
Arine menggelengkan kepalanya, "Aan itu terakhir pacaran 2 tahun yang lalu, putus karena katanya Aan terlalu sibuk main bola. Padahal every saturday night, Nathan itu bakal samperin ceweknya mau secapek apapun dia," ucap Arine menjelaskan kepada Rafael.
"Jadi setelah itu Nathan gak mau pacaran lagi?" tanya Rafael lagi.
Arine menganggukkan kepalanya, "Isu di luar sana yang bilang papi ngelarang kita buat pacaran itu salah, papi malah nyuruh kita buat jangan lupa untuk urusin urusan pribadi juga. Karena kan sama-sama penting," ucap Arine menjelaskan bahwa berita di luar sana itu salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...