26. Friendly Match 🦋

1.3K 109 8
                                    

Pagi hari Arine bangun dengan perasaan bahagianya, ia berjalan ke toilet kamarnya dan berkaca sejenak memandangi kalung berliontin 'infinity' yang diberikan Rafael semalam, sangat indah.

Arine kemudian melanjutkan aktivitasnya untuk membersihkan badannya dan bersiap untuk turun sarapan bersama keluarganya di bawah.

tok tok tok

"Ain, mami suruh buruan turun," ucap Nathan sambil berbicara dari luar pintu kamar Arine.

Arine yang baru saja keluar dari toilet langsung menyaut Nathan, "Iya, bentar lagi Ain turun," ucap Arine.

"Buruan elah, gue uda lapar," ucap Nathan lagi.

"Iyaa Aan, ayo," ucap Arine sambil membuka pintu kamarnya.

Arine langsung loncat ke punggung Nathan tanpa memberikan aba-aba yang membuat Nathan hampir jatuh namun ia masih bisa menyeimbangi badannya.

"AINN, NGAGETIN LO," teriak Nathan tak terima atas perlakuan Arine.

Arine tidak peduli ia tetap memeluk leher Nathan dari belakang tak ingin melepaskan kakak laki-lakinya ini, terpaksa Nathan mengalah toh adiknya ini berat badannya hanya setengah darinya.

"Kalian berdua kenapa si pagi-pagi uda berantem aja," ucap Melinda kepada kedua anaknya yang baru saja menuruni tangga.

"Gak berantem gak asik kan nak," sahut Romeo sambil menarik kursi makan dan duduk di sana.

"Yoehh papi, emang papi yang paling mengerti," ucap Nathan setelah menurunkan adiknya di kursinya.

"Parah mami, Aan bilang mami gak bisa ngertiin dia, wah parah banget mami," kompor Arine saat melihat Ibunya yang sedang meletakkan susu pada mereka masing-masing.

Ibu Arine tersenyum mendengarnya, "Jadi begitu ya Aan? Mami gak bisa ngertiin kalian ya? Jadi sedih mami," ucap Melinda dengan nada sedih.

"Gak usa suka jadi kompor deh, Ain," ucap Nathan sambil bangkit berdiri dari tempat duduknya.

Nathan memeluk erat ibunya langsung, "Gak gitu maksudnya mami," ucap Nathan.

Romeo dan Arine yang melihat hal itu hanya tersenyum geli, lihatlah pria ini yang begitu sangar di luar sana bahkan selalu tampak emosional nyatanya semanja ini di keluarganya.

"Jangan peluk istri papi lama-lama kamu ya, nanti malah jadi nyaman," ucap Romeo mencandai anak laki-lakinya itu.

Nathan menoleh ke arah ayahnya, "Bagi-bagi dong, mana boleh egois buat milikin sendiri," ucap Nathan membalas omongan ayahnya itu.

Semua yang di sana langsung tertawa mendengar dua manusia ini yang selalu saja ada lawakannya.

"Jadi kamu bakal balik ke Swansea City sayang?" tanya Ayah Nathan saat keempatnya sedang menikmati pancake yang dibuatkan oleh Melinda.

Nathan menganggukkan kepalanya, "Besok bakal ada acara perpisahan kecil-kecilan dari mereka after friendly match mereka," jawab Nathan.

"Aan bakal pergi jauh dong selama setahun lagi," ucap Arine sedikit sedih. Orang tuanya tidak mungkin mengijinkan Arine ke negara yang asing untung orang tuanya.

"Kan Aan pasti bolak balik Ain, kalau lagi gak ada pertandingan pasti Aan balik," ucap Nathan tau adiknya itu tak ingin dirinya pergi jauh.

Romeo dan Melinda tau anak gadisnya itu sulit jauh dari kakak laki-lakinya, biarpun keduanya kerap kali beradu argumen tapi nyatanya mereka adalah dua manusia yang tak bisa dipisahkan. Lihatlah bagaimana pagi tadi keduanya turun bersamaan dengan Nathan yang dengan senang hari menggendong adiknya meskipun dengan drama-drama yang terjadi terlebih dahulu.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang