Suara keributan tercipta di kamar milik seorang gadis, ntahlah hal gila macam apa yang diciptakan oleh mereka semua tapi yang pasti ini atas ijin Ayahnya yang kini sudah ntah pergi ke mana.
"Ayo merapat, pokoknya yang kalah harus habisin 1,5 liter air ini ya," ucap Justin sudah siap dengan stick PS di tangannya dan yang menjadi lawannya kini adalah Ivar tentu saja.
"Woii gila apa gimana? Bisa bolak balik toilet gue malam ini, besok kita tanding Jusa," protes Ivar tak terima dengan peraturan yang dibuat oleh Justin.
"Uda yakin kalah lo?" tanya Justin dengan senyuman mengejeknya.
Ivar menatap tak suka ke arah Justin, tapi ia juga tak ingin menuruti peraturan bodoh yang dibuat oleh Justin itu.
"Uda lah, turutin aja," ucap Rafael dari pojok ruangan di mana ia sedang duduk bersama Arine yang asik dengan makanan ringan di tangannya.
"Gila lo, Raf. Itu sama aja buat gue harus pakai pampers malam ini," protes Ivar tak terima dengan Rafael mendukung ide jahat dari Justin itu.
"Bilang aja lo cupu, makanya takut," ucap Arine dengan entengnya yang membuat Ivar menatap tak suka ke Arine.
"Diam lo anak kecil," cibir Ivar.
"Lo lebih kecil dari gue, enak aja gue anak kecil," protes Arine tak terima dengan perkataan Ivar.
"Tetap aja lo anak kecil di mata gue," ucap Ivar sambil menjulurkan lidahnya meledek Arine.
Belum sempat Arine menjawab, sudah terdengar suara yang menimpali omongan Ivar.
"Jadi gak berani lo? Ternyata cuman segitu kemampuan seorang Ivar," ucap Nathan dengan wajah menyepelekan Ivar.
Ivar yang merasa diremehkan akhirnya memgambil stick yang masih setia dipegang oleh Justin. Semua akhirnya tersenyum kemenangan karena pertunjukan akan segera dimulai.
Rafael, Nathan, dan Arine yang berada di kamar saat ini mendekat ke arah keduanya yang sudah siap dengan stick di tangannya dan pertempuran akan dimulai.
"Dah siap kalah lo?" ucap Justin meremehkan Ivar yang tampak sedang berapi-api setelah diremehkan oleh banyak orang.
"Lo yang bakal kalah kali ini," ucap Ivar dengan meyakinkan karena ia sudah sangat terbakar kali ini.
Semua tentu saja tertawa mendengar keduanya yang akan beradu itu. Sebenarnya kamar Arine menjadi semakin berwarna karena keempat makhluk Belanda ini tak pernah absen untuk datang ke kamarnya beberapa hari ini. Sebenarnya atas ijin Ayahnya juga, awalnya Arine sangat kesal karena kehidupannya seperti terganggu karena keributan yang mereka lakukan. Namun akhirnya Arine memilih mengalah, tidak buruk juga untuk menyaksikan kekonyolan empat barudak VOC ini. Yaa walaupun waktu bersama Rafael semakin berkurang tapi ia senang bisa melihat sisi bahagia di wajah Rafael saat bercanda dengan teman-temannya itu.
"Uda 2-0 ajaa, mana nih perlawanannya," ucap Justin dengan bangganya karena ia berhasil membobol benteng pertahanan Ivar dua kali.
Ivar diam, ia tetap fokus dengan permainannya.
"Makan tuh 2-1," ucap Ivar dengan bangganya karena berkat dirinya fokus akhirnya ia bisa menyerang kembali benteng pertahanan Justin.
Ketiga manusia yang menjadi penonton tentu saja merasa sangat bahagia melihat pertarungan ini.
"Masih unggul gue kali," ucap Justin dengan senyuman meremehkannya.
"Ayo dong Ivar, masa lo mau diremehin sama preman satu ini si?" goda Rafael memanaskan Ivar.
"Kalau gue si bakal balas dengan kemenangan si, malu kalau kalah," tambah Nathan memanaskan suasana.
Arine semakin tertawa melihat suasana kamar yang semakin seru ini, tentu saja ia sedikit takut jika keempat manusia ini benar-benar berkelahi apalagi besok adalah hari pertandingan penting bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Novela JuvenilClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...