22. Support System

1.2K 105 3
                                    

Pertandingan antara Indonesia dan Guinea berlangsung sangat sengit, skor masih menunjukkan 0-0 yang artinya masih belum ada salah satu dari mereka yang mencetak goal.

Mata Arine fokus ke arah Rafael yang tampak sangat fokus pada pertandingan ini, Arine sedikit lega karena Rafael tampak bisa menjaga dirinya agar tidak kembali terjatuh.

Ada satu hal yang menjadi fokus Arine sore ini, nomor punggung Rafael. Apakah ini yang dimaksud Rafael sebagai kejutan? Arine sangat mengingat hari di mana Arine mengatakan dirinya menyukai angka 10, jika iya Rafael sudah berhasil meluluhkannya kali ini.

Arine tersenyum sekilas namun hal itu terlihat oleh sang Ibu, "Tadi murung, sekarang senyum-senyum sendiri," ledek Ibu Arine yang menyadari perubahan wajah Arine.

Arine menoleh sambil memukul ringan tangan ibunya, "Apaan si mami, Ain gak ada senyum mami," ucap Arine tak ingin ketahuan.

"Iya iya, gak ada senyum cuman bibirnya terangkat aja ngelihatin pujaan hati di lapangan," ledek Ibu Arine sambil melirik Arine dengan tatapan mengejek.

"Apaan si mami," ucap Arine sambil menyembunyikan wajahnya yang saat ini sudah memerah bak tomat merah.

Ibu Arine hanya tersenyum melihat anaknya yang sedang salah tingkah saat ini, dirinya pernah muda dan pernah berada di posisi Arine menyaksikan pujaan hatinya bertanding juga. Jadi dirinya paham betul perasaan Arine.

"Uda uda, itu pinalti untuk tim lawan sayang," ucap Ibu Arine saat melihat pelanggaran dari tim Indonesia yang menyebabkan lawan Indonesia mendapatkan Pinalti.

Arine dan Ibunya saling berpegangan tangan berdoa agar bola tidak menjebol pertahanan Indonesia, namun apadaya Indonesia harus berusaha lebih maksimal lagi karena pinalti kali ini berhasil dilakukan oleh tim lawan, skor saat ini 1-0 untuk keunggulan guinea.

Arine dan Ibunya menghela nafas panjang karena melihat semua pemain yang tampak kecewa dengan hasil pinalti ini yang seharusnya pelanggaran dilakukan di luar kotak pinalti. Arine melihat ke Rafael yang saat ini tampak mengacak kasar rambutnya. Saat mata Rafael menatap ke arahnya, Arine memberikan kode 👌🏻 tanda semua baik-baik saja. Rafael menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Arine mambalas kode tangan Arine.

Arine kembali memfokuskan pandangannya ke arah lapangan dan terus berdoa untuk kemenangan Indonesia, Arine sangat ingin melihat Indonesia meraih kemenangan karena Arine tahu itu mimpi Nathan, Rafael dan pastinya seluruh rakyat Indonesia.

Sampai pada di mana Arine melihat salah satu pemain Indonesia yang cidera lumayan parah pada kepalanya, Arine merasa match kali ini sedikit berbeda dari match sebelumnya yang ia tonton. Penanganannya sedikit lama karena sepertinya cidera yang dialami cukup serius, di lain sisi Arine sedikit bisa lega dapat melihat Rafael dan tim lainnya dapat menarik nafas sejenak. Beberapa kali Rafael melempar senyuman kepada Arine untuk menenangkan kekhawatiran Arine, ia tahu gadis ini sedang khawatir juga dengan keadaan kakinya.

Permainan pun dilanjutkan dengan pemain Indonesia yang Arine tahu bernama Witan, kepalanya tampak terbungkus dengan perban. Arine sedikit lega juga melihat pemain itu dapat kembali berjuang di lapangan meskipun dengan kepala yang masih terbungkus itu. Arine dapat melihat perjuangan sampai tetes darah terakhir yang mereka semua lakukan.

Tepat pada menit-menit terakhir, Rafael kembali terguling di lapangan sambil memegang lututnya. Arine tahu itu pasti karena cideranya yang masih belum sembuh. Arine hanya duduk diam menatap ke arah Rafael, ia harap laki-laki itu akan baik-baik saja. Tidak lama Rafael tampak digantikan oleh pemain Indonesia yang lain. Arine sedikit lega karena Rafael sudah berjuang semaksimal mungkin dan jika hasil hari ini kurang memuaskan masih ada kesempatan di lain hari lagi. Namun jika cidera kakinya semakin parah, maka kesempatan itu mungkin saja hilang.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang