63. Mimisan 🩸

612 58 3
                                    

"Sayang, aku gak kuat dengan cuaca di sini. Ini panas banget," ucap Rafael sambil mengarahkan kipas portable milik Arine ke wajahnya.

Arine hanya bisa tertawa melihat tingkah Rafael yang seperti cacing kepanasan itu. Kekasihnya dan timnya baru saja kembali dari olahraga ringan yang diminta coach Shin untuk mempersiapkan stamina pertandingan mereka nanti malam.

"Sini aku tiupin," ucap Arine sambil menghembuskan angin ke wajah Rafael yang bisa membuat Rafael terdiam menikmati perlakuan Arine padanya.

"Kamu jangan goda iman aku kayak begitu sayang, aku masih harus siapin stamina untuk pertandingan nanti malam," tegur Rafael sambil tersenyum mengejek ke arah Arine yang langsung membuatnya memundurkan wajahnya dari Rafael.

Rona merah di kedua pipi Arine langsung terpancar tanda gadis itu masih saja salah tingkah dengan godaannya.

"Ututututuu masih salah tingkah aja sayangnya aku," ucap Rafael sambil memeluk Arine erat bukan memeluk sebenarnya mendekap lebih tepatnya.

Arine memberontak didalam dekapan Rafael.

"Kaa- kamu ma-mau bu-bunuh a-akuuuu yaaaa," ucap Arine terbata-bata sambil mengatur nafasnya.

Rafael tertawa ngakak melihat Arine yang seperti itu, ia membantu Arine mengatur nafasnya itu dengan memberi aba-aba Arine untuk menarik dan menghembuskan nafasnya perlahan. Setelah melihat Arine sudah lebih teratur nafasnya, timbul ide jahil di otak Rafael.

cupp

Arine yang diperlakukan seperti itu langsung terdiam dan membulatkan matanya melihat ke wajah Rafael yang tersenyum mengejek ke arahnya itu.

"RAFAAEEL," teriak Arine yang membuat Rafael langsung berlari ke arah pintu kamar Arine sambil tertawa mengejek Arine.

"Aku cuman bantu kamu sayang, manusia harus saling membantu kan? Mana tega aku lihat kamu kehabisan nafas, makanya aku kasi nafas buatan," ucap Rafael sambil mengangkat tangannya karena memang ia tak berniat keluar dari kamar sama sekali.

Kali ini Rafael akan menerima semua perlakuan Arine karena memang ia merindukan suasana seperti ini. Ia rindu melihat wajah kesal Arine karena suasana seperti ini mungkin saja akan ia rindukan jika dirinya sudah berada di Brisbane nantinya.

Arine dengan kesalnya berjalan dan menarik kerah baju Rafael dan mendorongnya ke arah kasur, ia menduduki perut Rafael dan menggelitiki pria ini sampai ia puas. Tidak ada rintihan kesakitan hanya terdengar suara tawa geli dari Rafael.

"Geli sayang, geliiii," ucap Rafael sambil terus menghindari gelitikan Arine.

"Makan nih nafas buatan, itu namanya kamu nyari kesempatan dalam kesempitan," ucap Arine tak terima dengan penejlasan Rafael.

Rafael kembali tertawa mendengar Arine, namun rasa geli yang diberikan Arine membuatnya jauh lebih mementingkan keselamatannya itu.

"Ampun sayang, ampun," ucap Rafael memohon ampun dengan Arine yang tak hentinya menggelitiki dirinya.

Arine menarik nafasnya dalam dan akhirnya ia berniat turun dari perut Rafael karena merasa kasihan dengan kekasihnya ini. Baru ingin melangkah Rafael sudah lebih dulu menariknya jatuh ke dalam pelukannya membuat posisi mereka kini sangat dekat. Arine langsung memberontak sebelum kejadian tidak mengenakkan terjadi nantinya.

"Bentar aja sayang, i need your hug," ucap Rafael pelan sambil memeluk Arine erat sambil mengganti posisinya menjadi menyamping agar Arine juga bisa berbaring nyaman di kasur.

Mendengar suara Rafael akhirnya Arine membalas pelukan Rafael, ia melupakan semua kekesalannya karena memang pelukan seperti ini yang ia butuhkan juga.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang