"Ini uda pasti over baggage kita sayang," ucap Arine saat dirinya melihat ke kamar Rafael yang sedang menyusun ulang kopernya lagi.
Rafael sudah membeli satu koper baru lagi kemarin untuk menampung hadiahnya, tapi ia terpaksa membeli satu lagi hari ini karena masih ada titipan hadiah untuk dirinya lagi saat dirinya sedang shooting tadi.
"Iya, cuman gapapa deh. Aku kan gak mungkin nolak waktu mereka mau ngasi," ucap Rafael sambil tetap fokus menyusun hadiahnya.
Arine mendudukkan dirinya tepat di depan Rafael sambil mengintip hadiah-hadiah Rafael, lihatlah ketenaran macam apa ini yang membuat Rafael bergelimang hadiah seperti ini.
"Ada yang kamu mau?" tanya Rafael saat melihat Arine mengintip ke koper miliknya.
"Uda banyak banget yang aku ambil kemarin,"
Arine memang sudah mengambil beberapa hadiah milik Rafael atas perintahnya, seperti beberapa gantungan kecil yang menarik perhatian Arine dan beberapa barang lucu yang membuat Arine sangat gemas melihatnya.
"Nathan uda sampai Bali?"
"Uda, tadi jam 3 an uda nyampe,"
Rafael mengangguk mendengar jawaban Arine, ia baru saja kembali dari shooting terakhirnya dan rasanya sangat melegakan karena sebentar lagi dirinya akan berlibur bersama gadisnya ini.
Keheningan tercipta di antara keduanya, namun sesekali terdengar ketawa kecil dari Arine yang sedang fokus melihat ponselnya. Rafael sudah menyelesaikan barangnya, ia melihat ke arah Arine yang sudah berpindah posisi menjadi tiduran di atas kasur miliknya.
Rafael bergerak menuju ke dalam toilet untuk membersihkan badannya terlebih dahulu, badannya sangat lengket saat ini.
Setelah selesai ia melihat Arine yang masih tetap berada di posisinya, Rafael langsung berjalan keluar sambil mengeringkan rambutnya dan berjalan untuk mencari baju yang akan ia pakai malam ini.
Arine melirik sekilas ke arah Rafael yang baru saja keluar dari toilet, rambut basah, tubuh bagian atas yang tak ia tutupi dengan handuk, dan handuk yang melilit hanya di daerah pinggang.
"Terpesona sama otot aku?" tanya Rafael tanpa menoleh ke Arine tapi ia tau gadis itu sedang memperhatikan dirinya.
Arine langsung buru-buru mengalihkan perhatiannya.
"Apaan si,"
"Ngelihatinnya sampai gak berkedip lagi, nih aku kasi lihat lebih dekat,"
Rafael saat ini sudah berada di depan Arine yang membuat Arine berteriak, Rafael langsung tertawa ngakak dan berjalan pergi melihat reaksi Arine. Dirinya menyimpan handuk yang sudah ia ganti dengan celana namun masih tetap bertelanjang dada.
"Masuk angin lo nanti, sok sok an," ucap Arine menatap sinis ke arah Rafael yang masih tak ingin memakai kaosnya.
Rafael terkekeh mendengar ucapan Arine, ia memakaikan kaosnya langsung dan berjalan ke arah Arine.
"Kamu pengen makan apa?" tanya Rafael duduk di sebelah Arine.
"Aku bingung, dari tadi aku scroll aplikasi tapi gak ketemu," ucap Arine menunjukkan ponsel miliknya.
Rafael melihat ke ponsel Arine melihat gambar-gambar makanan.
"Kamu pasti ngelihatnya ke sate kannn," tuduh Arine langsung ke arah Rafael.
Rafael hanya memberikan cengirannya karena memang matanya hanya tertuju ke gambar sate di ponsel Arine.
"Gimana kalau kita keliling nyari tukang satee?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...