Suasana pagi di Bali sangatlah menyenangkan untuk dua insan yang sedang menikmati liburannya ini, keduanya masih lelap dalam tidurnya dan tak sadar jika ponsel keduanya sudah berdering dari tadi.
"Apaan sih, ganggu aja pagi-pagi," ucap Arine sambil meraba ke arah ponselnya.
"Lo kebo banget si, gue uda telponin belasan kali,"
"Ribet lo, gue masih ngantuk,"
"Ini mau jalan,"
"Gue mau tidur,"
"Rafa mana?"
"Di kamarnya lah, dah Aan gue mau tidur please,"
"Gak ada gak ada, gue bentar lagi ke villa lo,"
"Terserah, Bye,"
Tanpa mendengar ucapan dari sebrang sana Arine langsung mematikan telepon dari manusia menyebalkan di sebrang sana. Sekarang waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi tapi pria itu seperti tidak pernah kehabisan energi untuk mengganggu hidupnya.
Arine mencoba untuk kembali terlelap namun naasnya villanya kembali diketuk oleh orang di luar, pasti petugas villa yang akan menyajikan sarapan untuk keduanya.
Dengan berat hati akhirnya Arine melangkah ke arah pintu dan membuka pintu dan ternyata memang benar mereka ingin menyediakan floathing breakfast untuk keduanya di kolam renang.
"Sayang, wake up," ucap Arine sambil mengetuk pintu kamar Rafael.
Tidak ada jawaban dari dalam sana, dengan terpaksa Arine masuk ke dalam dan pemandangan yang ia lihat adalah Rafael yang masih terbungkus di dalam selimut dan mata yang masih terpejam dengan sangat nyenyak.
Arine terdiam sesaat, ia memandangi wajah Rafael yang begitu tenang. Pria ini pasti sangat lelah, apalagi jadwalnya yang sangat padat selama berada di Jakarta kemarin. Pria yang selalu berpura-pura kuat agar dirinya tak khawatir, pria yang selalu berusaha membuat dirinya nyaman, dan pria yang berusaha menjadi versi terbaik dalam dirinya untuk hubungannya kali ini.
"Sayang," panggil Arine sambil menepuk pelan pipi Rafael.
Rafael yang merasakan sentuhan akhirnya membuka matanya perlahan dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Arine, gadisnya. Rafael berusaha menetralkan cahaya ruangan ini agar wajah gadis di depannya semakin jelas.
"Ayo bangun," ucap Arine sambil tersenyum ke arah Rafael.
Rafael pinggang Arine agar berbaring di sebelahnya, keduanya berbaring berhadapan.
"Kamu cantik banget," ucap Rafael dengan suara seraknya.
"Kamu bau," ucap Arine meledek Rafael.
Rafael langsung melayangkan bibirnya ke bibir tipis Arine yang membuat Arine sangat terkejut.
"Nih berbagi jigong buat kamu," ucap Rafael jahil.
Arine langsung mendorong tubuh Rafael menjauh, ia memalingkan wajahnya karena kejadian tadi begitu tiba-tiba.
"Kenapa masih malu aja kamu," ucap Rafael terkekeh melihat ekspresi Arine yang masih salah tingkah dengan perlakuan Rafael.
"Kamu kasi aba-aba dulu jangan mendadak kayak begitu," ucap Arine tak terima.
"Yauda, aku ijin cium ya," ucap Rafael langsung mengecup bibir Arine lagi.
Arine langsung mendorong badan Rafael dan dirinya bangkit berdiri kemudian berlari pergi meninggalkan Rafael. Tentu saja hal ini membuat Rafael kembali terkekeh melihat tingkah Arine yang masih saja salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...