Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, hari dimana pertandingan yang akan menentukan nasib Indonesia yang akan lolos ke ronde 3 kualifikasi piala dunia atau tidak. Arine sedang bersiap-siap di dalam kamarnya dan tentu saja dengan jersey merah Rafael yang ia gunakan.
Arine sudah siap saat ini, ia berjalan mengetuk pintu kamar di sebelahnya untuk meminta ijin untuk masuk.
"Kamu uda siap?" tanya Romeo saat melihat anak gadisnya yang sudah siap dengan jersey kesayangan dari kekasihnya itu.
"Sudah papi, mami mana?" tanya Arine mencari keberadaan Ibunya itu.
Melinda sudah tiba di Indonesia tadi malam, dan lengkap sudah keluarga ini berkumpul di Indonesia untuk menyaksikan pertandingan anak laki-lakinya itu.
"Masih di toilet, Rafael gercep banget ngasi baju dia yang baru ini ke kamu," ucap Romeo sambil memperhatikan jersey yang digunakan gadisnya itu.
"Iya papi, harus dong," ucap Arine sambil memamerkan jersey bernomor 9 yang Rafael pakai pada saat pertandingan melawan Irak kemarin.
"Kamu cepat banget siapnya, mana uda cantik banget lagi," ucap Melinda sambil berjalan menyimpan perlengkapan yang ia bawa ke toilet tadi.
"Kan berkat mami cantiknya," ucap Arine memuji Ibunya kembali.
Romeo dan Melinda terkekeh mendengar balasan Arine terhadap omongan anak gadisnya itu. Akhirnya ketiga manusia ini berjalan keluar untuk turun ke bawah bersama, tapi di sana sudah ada para ayah dan ibu pemain lainnya dan tentu saja ada Mina yang sudah berjanji dengan Arine untuk menonton bersama.
Saat mereka tiba di lobby hotel ternyata masih sangat banyak orang yang menunggu di sana, namun kali ini terbantu dengan tiang pembatas yang membatasi mereka untuk memberikan jalan kepada penghuni di hotel ini.
"Arinee, i have some gift for you,"
Saat berjalan Arine mendengar suara itu, ia menoleh dan ternyata ada seorang gadis yang sedang melambaikan tangannya kepada Arine sambil menunjukkan sebuah hadiah di tangannya. Arine akhirnya meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk menghampiri gadis itu sebentar, karena bagaimanapun dia sudah rela mengeluarkan uangnya untuk membelikan Arine sebuah hadiah.
"Thank you so much, i will keep it," ucap Arine sambil tersenyum kepada gadis yang memberikannya sebuah bingkisan.
"And this one is handmade by me," ucap gadis itu sambil menunjukkan sebuah gelang yang ia buat. Arine langsung meminta gadis itu untuk memasangkannya pada pergelangan tangannya.
"It's beautiful, thank you very much," ucap Arine sambil memberikan pelukan kepada gadis itu.
Gadis itu akhirnya meminta foto bersama Arine, setelah itu dirinya pamit pergi kepada mereka semua.
"Please take care of our boyfriend Arinee,"
Teriakan itu membuat Arine kembali menoleh dan tertawa sambil mengacungkan jempolnya kepada gadis yang berteriak itu.
"Yess, I will," balas Arine kemudian ia sudah berjalan menyusul rombongannya yang sudah berjalan di depan sana.
—0o0–
"Is everything good, Arine?" tanya Mina saat melihat Arine yang tampak termenung di kursi penonton.
Arine menoleh dan tersenyum, "Of course, Mina," balas Arine.
Arine duduk bersama Mina di tribun VIP bagian tengah sedangkan kedua orang tuanya bergabung bersama para orang tua di atas sana. Jujur saja Arine dari tadi sangat tegang karena bagaimanapun ini adalah pertandingan penentuan untuk Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...