Hari masih pagi, namun Rafael sudah berada di dalam kamarnya. Rafael duduk di sofa hotelnya dan tentu saja sambil bermain game miliknya itu.
"Pagi-pagi ke kamar orang cuman buat numpang main game?" tanya Arine tidak percaya dengan apa yang ia lihat ini.
Waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi, Arine memang sudah bangun dan maka dari itu Rafael langsung datang ke kamarnya saat mengirim pesan kepada Arine.
"Ivar masih tidur," ucap Rafael kepada Arine.
"Loh bukannya kamu sekamar sama Nathan? Kenapa jadi Ivar?" tanya Arine penasaran.
"Itu kemarin sebelum semuanya lengkap, sekarang di sini uda dibagiin kamar dan aku kebagiannya sama Ivar," ucap Rafael sambil memainkan game miliknya.
Arine mengangguk tanda ia mengerti, tak lama kemudian bel kamar Arine kembali berbunyi. Arine beranjak membukakan pintu dan masuklah Nathan ke dalam kamar milik Arine.
Nathan terkejut melihat keberadaan Rafael di kamar milik adiknya pagi-pagi begini, "Lo nginap di kamar adik gue?" tanya Nathan sambil berjalan ke arah Rafael.
"Kagak, baru aja datang gue," ucap Rafael sambil menggeser tempat duduknya. "Nih satu stick lagi, join gak?" tanya Rafael sambil melempar stick ke arah Nathan dan tentunya disambut oleh Nathan.
Arine hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya, ternyata keduanya sama saja. Pagi-pagi hanya datang untuk mengganggu ketenangannya.
Arine berbaring di kasurnya sambil melihat beberapa post dari akun fanbase Rafael. Ia tersenyum, tapi tiba-tiba muncul sebuah foto gadis tadi malam yang datang bersama dengan Ibu Rafael. Ternyata ia juga hadir di beberapa acara keluarga Rafael dan ia ada disaat Rafael sumpah WNI. Ingin sekali Arine bertanya pada Rafael mengenai wanita ini, namun Rafael tidak terlihat menyinggung bahkan mengungkit wanita ini sama sekali.
Arine menghela nafasnya keras hingga membuat Nathan dan Rafael menoleh dan menghentikan permainannya sejenak.
"Kenapa lo?"
"Kamu kenapa?"
Tanya keduanya kompak, Arine menoleh sambil tersenyum canggung, "Gak kenapa-kenapa elah, cuman pengen hela nafas aja," ucap Arine.
Nathan dan Rafael pikir gadis itu kesal karena keduanya asik bermain game dan tidak memperdulikan gadis itu.
Tak lama ponsel Rafael berbunyi, Rafael langsung mengangkat telepon itu dan pamit untuk kembali ke kamarnya. Arine tidak tau siapa yang menelepon Rafael, yang Arine tau Rafael langsung berjalan ijin pamit.
Nathan yang melihat Arine tampak bingung akhirnya menghampiri Arine, "His mom," ucap Nathan sambil berjalan mengambil sebuah gelas
Arine belum bisa bernafas lega, kenapa Rafael tidak memberitahukan kepadanya. Tapi dia bisa apa, mereka tidak ada hubungan apa-apa yang mengharuskan Rafael untuk memberitahukan semuanya.
———————
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, Nathan pun sudah kembali ke kamarnya dari siang tadi setelah makan siang bersama Arine.Arine beberapa kali melirik ke arah ponselnya berharap ada pesan dari seseorang yang pergi dan hilang kabar sampai saat ini. Arine berusaha menggelengkan kepalanya tak ingin berpikir buruk tentang lelaki itu.
Tak lama pintu kamarnya berbunyi, Arine berjalan membuka pintu kamarnya itu. Ia pikir siapa lagi kalau bukan Nathan, pria itu pasti ingin memastikan Arine sudah siap atau belum.
"Ini jersey buat kamu, jangan lupa dipakai," ucap Rafael yang sudah siap dengan atribut pertandingannya.
"Tadi Aan uda pinjamin ke aku, kamu simpan aja," ucap Arine menolak baju milik Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...