18. Kecewa

1.4K 106 2
                                    

Pertandingan Indonesia melawan Iraq sedang berlangsung, waktu permainan sudah akan usai. Namun papan skor masih menunjukkan skor 2-1 untul keunggulan Iraq. Tampak semua pemain masih tetap berjuang untuk menyeimbangkan skor, mereka ingin berjuang sampai akhir untuk membawa nama Indonesia ke Olimpiade Paris nanti.

Selama permainan, fokus Arine hanya kepada sesosok laki-laki yang tampak beberapa kali jatuh bangun. Dapat Arine lihat pula tampak ia yang sedang manahan sakit. Arine sangat khawatir dengan keadaan laki-laki itu, Rafael.

Take lama kemudian Rafael tampak berguling di lapangan sambil memegang lututnya yang tampak bertabrakan dengan lawannya, Arine sangat khawatir melihat kejadian itu. Ia duduk tidak tenang saat melihat Rafael yang tampak mendapatkan penanganan medis yang tandanya cidera itu cukup serius.

"Everything gonna be alright, Rin. Percaya sama Rafa ya," ucap Nadia menenangkan Arine yang tampak khawatir melihat keadaan Rafael.

Arine menoleh ke Nadia, ia tersenyum namun tidak dengan perasaannya yang khawatir. Dapat Arine lihat Nathan menoleh ke arahnya memberikan jempol menandakan Rafael baik-baik saja seakan-akan tahu bahwa adiknya khawatir pada kekasihnya. Arine sedikit lebih tenang melihat itu.

Setelah melihat Rafael bangun kembali Arine akhirnya bisa bernafas lega, ia yakin Rafael bisa menyelesaikan pertandingan dengan baik. Namun Arine tetap khawatir, takut Rafael menyalahkan dirinya kembali.

Pertandingan kembali berlangsung, namun tampak Rafael diganti dengan pemain Indonesia yang lain. Sepertinya tim pelatih khawatir dengan keadaan Rafael yang cidera, Arine khawatir namun ia sedikit tenang melihat Rafael bisa mengistirahatkan kakinya. Namun ia takut, Rafael kecewa lagi dengan dirinya.

"You did a great job, sayang," ucap Arine di dalam hati.

Arine kembali fokus ke lapangan, masih ada Nathan yang harus ia pantau. Nathan tampak sangat bersemangat dari awal sampai akhir. Arine juga sedikit khawatir dengan keadaan Nathan, tadi laki-laki itu berlari sangat kencang untuk menyelamatkan bola dari kebobolan dan Nathan menabrak jaring-jaring gawang cukup keras dan terjatuh menghantam kepalanya. Arine takut terjadi sesuatu kepada kakak lelakinya itu.

Peluit tanda pertandingan usai dengan keunggulan Iraq, Indonesia harus mengakui kemenangan Iraq hari ini. Tampak semua pemain Indonesia terduduk di lapangan dengan perasaan yang campur aduk. Arine, Nadia, dan Azizah pun tak kalah lemas. Mereka bertiga saling menguatkan, karena pasti bukan hanya mereka yang kecewa namun para pejuang di lapangan itu juga tak kalah kecewa.

Dapat Arine lihat Rafael berjalan kembali ke lapangan menenangkan para pemain, dan juga Nathan yang sudah terduduk di lapangan seakan tak sanggup berdiri. Arine tidak tahu harus berbuat apa, ia khawatir saat ini.

Arine menatap semua pemain yang tampak lesu, mereka bahkan tidak sanggup menghampiri keluarga mereka di kursi penonton. Mereka semua berjalan kembali ke ruang ganti tanpa berpamitan, mereka pasti merasa mengecewakan seluruh pendukungnya.

Rafael bahkan tidak melihat ke arah Arine sama sekali, Arine tau Rafael pasti sangat kecewa. Arine khawatir dengan cidera Rafael saat ini, dan tentunya juga Nathan.

ting ting ting

Ain, bisa ke belakang sebentar? Rafael butuh kamu

Pesan dari seseorang yang memanggilnya "Ain" langsung membuat Arine mengajak Azizah dan Nadia untuk ke belakang. Ia khawatir dengan Rafael, pasti ia hancur sekali hari ini.

Di dalam perjalanan menuju belakang, Arine bisa melihat beberapa pemain yang tampak sangat kacau. Di ujung sana dapat Arine lihat Nathan dengan mata dan hidung yang memerah mencoba untuk tersenyum ke arahnya sambil menunjuk Rafael yang sedang terduduk di pojok sana. Nathan tau Rafael lebih membutuhkan Arine, karena kekuatannya adalah Arine. Arine memeluk Nathan sejenak memberi kekuatan pada kakak laki-lakinya itu kemudian ia berjalan ke arah Rafael.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang