Pagi-pagi sekali kamar milik Rafael sudah sangat ribut, beberapa pemain seperti Marselino, Arhan, Justin, Nathan, Witan, dan Rizky sedang mengganggu tidur 2 manusia kebo yang masih tertidur nyenyak.
"Kalian bisa pergi gak? Atau gue laporin kalian mengganggu privacy kami ya," ucap Rafael dengan nada kesalnya.
Pasalnya bagaimana bisa mereka masuk ke kamarnya jika bukan meminta kartu akses hotel di receiptionist. Rafael merasa privacynya sangat terganggu.
"Kalian kalau mau wawancara Rafa, boleh gak jangan libatin gue," ucap Ivar yang tentu saja sedang tidur di sebelah Rafael juga ikut kesal.
Dirinya hanya menjadi korban dari kekepoan teman-temannya itu.
"Sok-sokan punya privacy lu, Raf. Ayo lah bangun, kepo gue," ucap Marselino yang tampak sangat excited membangunkan Rafael.
Anggota yang lain tampak hanya mengikuti perkataan Marselino, karena yang mengajak mereka semua ke sini adalah Lino sang kepala pukul timnas.
"Lo bangun atau gue ke kamar Clayrine dan langsung tanya ke dia," ancam Marselino yang membuat sepasang mata menatapnya tajam, bukan Rafael.
Rafael langsung terduduk dan mengumpulkan nyawanya, belum sempat ia membalas perkataan Marselino sebuah suara sudah menyaut dari pojok sana.
"Lewatin gue dulu lo, mau main aja ke kamar adik gue," ucap Nathan saat mendengar nama adiknya disebut.
Nathan yang sedari tadi diam akhirnya buka mulut, ia hanya ikut saja karena Justin membangunkannya tadi. Ia tidak tau jika mereka ingin mengintrograsi Rafael tentang hubungannya dengan Arine, jika tau mungkin ia memilih untuk nangkring di kamar Arine dari pada harus mendengarkan hal ini.
"Mampus lo abangnya ngamuk," ucap Arhan sambil terkekeh melihat wajah cengo dari Lino.
Rafael yang sudah mengumpulkan nyawanya menatap semua teman-temannya dengan kesal, "Lo pada bisa nunggu nanti gak si, lagian apa pentingnya buat lo pada?" ucap Rafael dengan kesalnya.
Rafael langsung berdiri pergi meninggalkan teman-temannya, semuanya terdiam melihat Rafael yang tampak sangat kesal. Jarang sekali mereka melihat Rafael seperti itu. Biasanya jika diganggu seperti apapun ia hanya akan tersenyum atau membalas ledekan mereka dengan wajah yang tak kalah menyebalkan.
"Its not my fault," ucap Justin sambil mengangkat tangannya tak ingin ikut campur karena memang dirinya dari tadi hanya diam.
"Mampus bocah tu ngamuk, gak ikutan aku," ucap Rizky tak ingin terlibat juga.
"Minta maaf lo, Lino," ucap Arhan mendorong tubuh Lino untuk menuju ke pintu toilet.
Marselino tentu merasa bersalah melihat Rafael yang tidak pernah marah namun kali ini ia bersikap seperti itu, apakah dirinya keterlaluan? Jika dipikir memang ini masih pukul 7 pagi, sepertinya memang sangat keterlaluan.
Marselino menunggu di depan pintu toilet sambil menunggu Rafael keluar, teman-temannya yang lain sudah kembali ke kamarnya masing-masing tak ingin ikut campur masalah ini.
Tak lama Rafael keluar dengan handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah, Lino yang mendengar itu langsung menegakkan kepalanya melihat Rafael.
Rafael yang melihat Lino merasa heran, "What're u doin here?" tanya Rafael merasa aneh.
Rafael melihat ke sekitar kamarnya yang sudah sepi, hanya tertinggal Ivar yang masih melanjutkan tidurnya dengan sangat nyenyak.
"Yang lain pada kemana?" tanya Rafael sambil berjalan mengambil sehelai baju untuk ia gunakan.
"Maafin gue ya, gue uda keterlaluan bercandain lo," ucap Lino tidak menjawab pertangaan Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...