Pagi ini Arine dibuat terkejut dengan keadaan hotel yang ia tinggali selama di Indonesia, niat hatinya adalah berkeliling di sekitar hotel namun yang ia dapat adalah kerumunan orang yang mengelilingi dirinya. Arine sampai harus diselamatkan oleh tim security karena jika tidak maka Arine akan bingung harus berbuat apa.
"Lo uda dibilangin di bawah itu ramai banget gak mau dengerin gue," omel Nathan setelah mendengar cerita Arine yang dikerumuni oleh orang-orang di bawah.
"Ya mana gue tau, ini masih jam 8 pagi Aan dan bukan waktu libur juga," ucap Arine tidak terima disalahkan.
"Jangankan di bawah Ain, bahkan waktu sarapan, gym, even waktu lari keliling di taman kita aja mereka ada karena booking hotel di sini juga," ucap Nathan kepada Arine.
Arine mengacak rambutnya kasar, jadi bagaimana dirinya bisa menikmati suasana Jakarta seperti dulu lagi? Padahal tujuannya adalah hidup normal dan menikmati Jakarta untuk beberapa minggu ke depan.
"Lo kalau mau keluar infoin aja, nanti ada tim keamanan yang bakal bantu kita keluar. Cuman ya di luar hotel uda tanggung jawab lo sendiri," ucap Nathan seperti mengerti isi otak Arine yang sudah mulai merasa bosan berada di hotel.
Arine menganggukkan kepalanya mengerti, saat ini hanya Nathan dan Arine yang berada di kamar karena ayahnya sedang keluar bersama para Ayah dari pemain timnas yang lain. Arine tidak ingin ikut karena bagaimanapun itu adalah bapak-bapak time.
"Tapi gue lihat-lihat itu hadiah banyak juga," ucap Nathan melihat ke arah tote bag di kamar Arine.
Arine melihat ke arah pandangan Nathan, "Itu hadiah buat Rafa dan ada satu juga nih buat lo," ucap Arine sambil mencari nama Nathan pada hadiah yang dititipkan ke Arine.
"Baik amat kurir paket," ledek Nathan.
Arine memutar bola matanya kesal, "Gue cuman bantuin mereka aja karena ya bagaimanapun mereka uda usaha buat beliin kalian hadiah," ucap Arine.
"Tapi ya kadang gue cuman mikir kenapa mereka mau ngorbanin jajan mereka ya padahal ya kalau mau dibilang kita semua mampu untuk beli sendiri, kadang gue kasian sama mereka juga," ucap Nathan.
"Ya karena mereka semua sayang kalian, mereka pengen ada barang dari mereka yang berguna juga bahkan disimpan sama kalian," ucap Arine.
Nathan mengangguk mengerti kemudian ia berjalan ke arah kasur Arine dan merebahkan tubuhnya di sana.
"Rafa mana?" tanya Nathan tiba-tiba.
"Habis ngegym katanya, lo kok nggak?" tanya Arine.
"Ya karena lo heboh nelponin gue, gue pikir lo kenapa apalagi papi lagi di luar. Ternyata cuman karena dikerumunin," ucap Nathan kesal.
Arine memberikan cengirannya, "Yah habisnya Ain panik, nama Aan doang yang ada di otak waktu kek begitu," ucap Arine.
ting nong ting nong
Bel kamar Arine berbunyi tanda ada yang datang, Nathan yang melihat tatapan memelas Arine akhirnya memilih mengalah dan berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu.
"Lo yakin mau pacarin manusia pemalas kayak dia?" ucap Nathan sambil berjalan masuk dengan sosok Rafael di sebelahnya.
"Apaan si lo, gak usa jadi kompor lo," ucap Arine tak terima dengan ucapan Nathan.
Rafael hanya bisa terkekeh mendengar keduanya, ia berjalan menghampiri gadisnya yang sedang duduk di atas kasur itu.
"Itu ada hadiah dari penggemar kamu," ucap Arine sambil menunjuk beberapa kantong hadiah yang ia terima tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
Teen FictionClayrine Noel Tjoe-A-On, gadis Belanda berketurunan darah Indonesia yang diwarisinya dari sang kakek yang merupakan warga Semarang. Gadis berkelahiran 27 November 2003 ini lahir di Rotterdam dan tinggal di sana bersama Orang tuanya dan Kakak laki-la...