5. Game Day

2K 107 1
                                    

Matahari belum terbit, namun Nathan dan Arine sudah berada di Bandara Internasional Hamad Qatar. Jika sesuai jadwal, ayah dan ibu keduanya akan tiba 15 menit lagi.

"Beli kopi dulu yuk, An," ucap Arine setelah melihat papan kedatangan yang menunjukkan pesawat yang ditumpangi kedua orangtuanya akan tiba kurang lebih 15 menit lagi, ya tidak meleset dari perkiraan keduanya yang tiba tepat waktu.

Nathan menganggukkan kepalanya tanda setuju, lalu keduanya berlalu ke kedai kopi berlogo warna hijau dan memesan kopi serta tidak lupa roti untuk sarapan keduanya.

Sambil menyantap roti, Nathan melirik adiknya yang asik memainkan ponselnya.

"Gimana kamu sama Rafael? Kenapa gak pernah mau cerita sama Aan?" ucap Nathan.

Dari nada berbicaranya Arine tau Nathan sedang serius. Bisa dilihat dari kata "kamu" yang dilontarkan, itu tandanya ini serius.

Arine menyimpan ponselnya dan menatap mata Nathan dalam, "Aan setuju gak kalau Ain pacaran sama dia?" tanya Arine balik.

Nathan terdiam sejenak, "Rafael was a good boy, dia tau sopan santun. Yang mau Aan tau, do you love him?" tanya Nathan

Arine mengangguk, "Yes, of course Aan. Tapi kalau kamu gak setuju, aku bakal dengerin kamu kali ini. Because i know, you want all the best for me," ucap Arine

"Once again, Rafael was a good boy Arine. Tapi aku takut, bagaimana kamu menghadapi penggemar dia? Are u ready got a lot of hate comment? Aan khawatir kamu gak kuat dengan itu semua, Rafael pernah bercerita mengenai masa lalunya bukan?" ucap sekaligus Nathan bertanya yang disambut anggukan dari gadis itu.

"Im okay with that, Aan," ucap Arine sambil memeluk hangat tubuh Nathan.

Arine juga menceritakan kejadian malam itu tentang apa yang dikatakan Rafael padanya, dan Nathan akhirnya paham. Keduanya saling menjaga, dan bisa Nathan pastikan Rafael akan berjuang untuk 2 goal itu.

Nathan dan Arine memang kerap kali berselisih paham, namun jangan ragukan kedekatan keduanya. Pada saat sekolah dulu, Nathan yang akan maju paling depan jika adiknya mendapat masalah di sekolah. Nathan juga menjadi orang pertama yang akan maju disaat Arine disakiti oleh siapapun, termasuk mantan-mantan Arine. Nathan tak segan-segan memberi pelajaran kepada mereka jika membuat adiknya itu menangis. Sungguh hubungan kakak adik yang sangat harmonis.

"Dua kesayangan mami, mami kangen," ucap seseorang pelan sambil memeluk keduanya erat.

Nathan sudah menerima pesan dari sang ibu bahwa mereka telah tiba, dan setelah mengambil bagasi mereka menyusul ke tempat yang diberitahukan oleh Nathan.

Setelah melepas pelukan ibunya, Nathan dan Arine berjalan mendekati sang Ayah dan langsung memeluk ayahnya bergantian juga.

"Di mana calon mantu papi?" ucap Ayahnya tanpa menanyakan kabar kedua anaknya itu.

"Calon mantu apaan si, pi. Gak ada itu," ucap Arine kesal

Ayah Nathan tertawa terbahak-bahak sambil mengacak pelan rambut anak perempuannya itu, "Bercanda sayang, kamu gak kangen papi?" ucap pria itu.

Arine langsung memeluk erat lengan ayahnya, "Kangen bangettt banget bangett," ucap Arine dengan nada manjanya.

Keluarga Nathan sangatlah harmonis, hanya saja karena kerjaan kedua orang tua Nathan dan Arine yang mengharuskan mereka harus sedikit merasa kesepian. Tetapi kasih sayang dari kedua orang tuanya tidak pernah kurang, karena Ayah dan Ibunya akan meluangkan waktu untuk berlibur bersama kedua anaknya itu. Seperti saat ini, kedua orang tuanya mengambil cuti panjang hanya untuk menonton pertandingan anaknya.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang