Setibanya mobil Ziyaan berhenti tepat didepan rumah sakit, para perawat berlari menyiapkan alat kesehatan untuk membawa pasien. Adari kemudian diletakkan diatas kursi roda, Ziyaan mengikuti arah kursi roda Adari yang dibawa sambil terus mengepal tangan perempuan nya.
Sesuai aturan rumah sakit, ia ditahan untuk tidak masuk ke dalam ruangan UGD. Ziyaan menghela nafas panjang, ia kemudian duduk disalah satu kursi yang telah tersedia di dekat ruangan UGD tersebut.
Ziyaan menghempaskan kepalanya ke udara, pikiran nya sungguh berantakan. Kekecewaan, ketakutan, kesedihan melihat apa yang sedang istrinya alami saat ini.
Tak lama kemudian, sosok datang dari kejauhan, sedang Ziyaan tak menyadari. Ia lebih sibuk terhadap pikiran yang menggelayutnya daripada situasi yang ada di sekitarnya.
Gus Rayhan beserta istrinya, Hume datang menhampiri Ziyaan yang tertunduk menutup wajah dengan tangannya di kursi rumah sakit.
"Ziyaan, Adari baik-baik aja, kan? " ujar Hume saat mereka tiba didekat Ziyaan.
Ziyaan membuka matanya dan begitu juga tangan yang menutupi nya. Ia tersadar dengan kehadiran anak dari Kiyai nya.
Ziyaan menatap keduanya terlebih dahulu, sebelum akhirnya menjawab dan menjelaskan keadaan Adari kepada keduanya.
Reyhan mengatakan, ia mengetahui kejadian ini, dari Khadijah, umma dari Ziyaan. Khadijah benar-benar antusias terhadap menantunya, setidaknya walau dirinya tidak ada disini, maka orang kepercayaan anaknya harus menemani keduanya.
"Allah yang menolong semuanya, " Reyhan menepuk-nepuk pundak Ziyaan, berusaha menenangkan.
Tiba-tiba dokter dari ruangan UGD itu keluar, spontan Ziyaan buru-buru mendekati dokter yang menangani istrinya tersebut. Hume dan Reyhan juga ikut berdiri.
Dokter itu tersenyum kepadanya saat Ziyaan mendekati nya.
"Gapapa, gapapa kok.. " ujar dokter itu dengan tawanya yang candu.
Ziyaan merasa heran, mengapa dokter tersebut tertawa, padahal diri nya khawatir berat terhadap keadaan Adari. Hume melirik Reyhan, dan merasa heran juga terhadap dokter tersebut.
"Dokter kenapa ketawa, " tanya Reyhan saat ia melihat Ziyaan hanya terdiam karena merasa heran.
Dokter itu kembali tertawa
"mari semuanya masuk saja kedalam, tidak usah khawatir, " ucapnya.Raut muka mereka bertiga kembali merasa heran, aneh sekali rasanya, mengapa diantara kerisauan mereka terhadap kondisi Adari, dokter ini malah tertawa. Walaupun hanya muka Adari yang mengalami babak belur, setidaknya Ziyaan bukan menganggap hal ini sepele.
Saat semuanya telah masuk kedalam ruang UGD yang hanya ada mereka didalam nya, Ziyaan langsung berlari memeluk Adari yang raut muka nya begitu berbeda daripada raut kesakitan nya saat ia membawanya kesini.
Raut muka Adari tidak tertekan, Adari sempurna tersenyum lebar, pipi di wajahnya telah dilapisi oleh lain berwarna putih yang membalut lukanya dibarengi dengan obat juga.
Ziyaan kembali merasa heran.
"Dok, istri aku ga kenapa-napa kan, " ujar Ziyaan dengan kaku. Ke khawatir-an masih membalut di wajahnya.Dokter menggeleng, ia kembali tertawa.
"muka nya ga perlu panik, ganteng.. " ucapnya.
Ziyaan mulai merasa curiga, tapi ia tetap mendengarkan lanjutan penjelasan dari dokter perempuan itu.
"saya punya pantun, buat kabar gembira ini," ujarnya.
perawat disampingnya terlihat sedikit geli, dan satunya yang lain merasa sedikit tertekan.Dokter ini sungguh tak bisa ditebak, karena umurnya yang masih kelihatan muda, sepertinya, dokter ini adalah model dokter gaul yang pernah Ziyaan temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃)
RomanceSiapin tisu dan cemilan buat baca cerita ini! Ceritanya udah beres! Baca aja ya sayang! InsyaAllah keren & menyala di benak-benak kalian. Proses editing, do'ain dan dukung biar bisa jadi novel dan dipeluk sama pecinta S3. Mommy kalian nih: AyuAp...