Chapture 62

231 7 0
                                    

(62) Sama Sama Santri
✾✾✾


Lelaki itu berdiri tegak tepat di depan keduanya. Ziyaan mengepalkan tinjunya, nafasnya terasa berat, sedangkan matanya memerah. Ziyaan tak pernah merasakan rasa ini sebelumnya, ia benar-benar membenci pemandangan kala ini.

Sedangkan dibalik itu, Adari merasakan kecemasan dan ketakutan yang mengalir di pelipisnya. Ia buru-buru menepis tangan yang sedari tadi di genggam oleh Rachel.

Rachel yang melihat situasi genting seperti ini, mencoba menarik nafas dalam saat melihat mata tajam Ziyaan menatap dirinya, seperti tatapan hendak membunuh dirinya.

"Lo islam, kan-" Ucap Ziyaan penuh menantang. Rachel menelan saliva nya kala mendengar lontaran kata dari Ziyaan itu.

"..Kalau lo merasa muslim, lo harus tahu kalau Nabi bilang- lebih baik kepala lo ditusuk besi panas daripada harus menyentuh tangan istri gue!! " Pungkas Ziyaan dengan penuh penegasan di akhir kalimat yang ia ucapkan.

Setelah berhasil membuat Rachel tak berkutik sedikitpun, Ziyaan beralih menatap perempuan nya yang sudah menunduk dan sedikit menjauh dari lelaki disamping nya.

Ziyaan membuka jaket hitam kilat miliknya, lintas melintangkan nya tepat diatas hijab hijau milik Adari, serta dengan sigap mengambil tangan Adari dan menariknya menuju mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Jari jemari Adari kini telah hangat di genggam oleh Ziyaan menuju mobil. Namun Adari tak kuasa melihat ekpresi Ziyaan kala ini, ia hanya mampu menggigit bibir merah mudanya.

Kepergian Ziyaan dan Adari disaksikan oleh Rachel dengan tatapan geram terhadap Ziyaan. Rachel memukul udara dihadapan nya, dan melemparkan payung yang sedari tadi berasal di genggaman tangannya. Ia lantas berjalan masuk kembali ke dalam ruangan UGD.

Situasi semakin sesak, saat Adari dan Ziyaan sudah berada di dalam mobil Alphard putih itu. Ziyaan masih belum menyalakan mesin mobil itu, tampaknya ia sedang bersandar di kursi mobil sambil mengepal keras setir mobil. Ia berulang kali menarik dan membuang nafas dengan kasar sampai Adari yang masih tertunduk merasakan rasa bersalah yang semakin dalam.

"Adari! Adariii!! Ziyaan!!"

Tiba-tiba saja ada suara yang mengisi kekosongan saat itu, suara yang berbaur dengan derasnya hujan. Adari sontak mengalihkan pandangan nya menuju kaca jendela yang sedang diketuk berulang kali oleh seorang wanita diluar sana.

"Gue ikut kalian ya!" Tanpa basa-basi Jihan langsung membuka pintu mobil setelah mengintip situasi kedalam jendela.

"Lo tau Adari? Gue dari tadi nyariin lo! Tapi kagak nemu! "

Adari menatap tajam Jihan yang sudah duduk manis di bangku kedua, sambil menyibak jilbabnya yang tampak basah.

"Lo kenapa woi, Adari? Mata lo merah dan basah? " Seru Jihan tanpa mengetahui situasi yang sedang terjadi.

Adari langsung mengisyaratkan Jihan agar diam dengan isyarat jari telunjuk yang ia letak di hidung panjang nya.

Mesin mobil pun hidup, dan tak lama Ziyaan berhasil menjalankan mobil itu keluar dari area rumah sakit. Ini kali pertama Ziyaan telihat marah kepada perempuan kesayangan itu.

Jihan yang duduk di belakang tak juga mampu mendekam suara nya itu. Ia memajukan tubuhnya sehingga kedua tangan nya menempel di bagian belakang bangku Ziyaan dan Adari.

"Kalian tahu? Tadi gue kaya liat Anggara di mall! Jangan-jangan dia -"

"Lo bisa diem gak sih? Sekarang bukan waktu yang tepat buat ngomongin dia, ngerti?!" Seru Adari masih dengan irama berbisik pelan kepada Jihan. Kalau bukan karena situasi yang seperti ini, mungkin saja Adari sudah menggampar kepala sahabatnya gila nya itu.

Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang