Chapture 36

332 12 0
                                    

suara adzan shubuh berkumandang secara bergantian di masjid-masjid kota Bandung. Untungnya Ziyaan sudah bangun lebih awal agar lebih bersegera untuk mandi dan membersihkan seluruh badannya. Ziyaan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk putih serta rambutnya yang masih basah selepas keramas, kini telah berada di ujung ranjang untuk membangunkan kekasihnya.

Ziyaan menggapai ujung rambut milik Adari dan sedikit mengelus bagian tersebut. Adari yang mulai sedikit tersadar dari mimpi indahnya lantas mengayup-ayup diatas kasur empuk tersebut.

"Adari bangun yuk! uda shubuh, sayang," ucapnya dengan penuh kelembutan.

Masih dengan posisi yang sama, Adari tak kunjung bergerak sedikit pun.

Ziyaan tak kehabisan ide untuk mengajak istrinya tersebut untuk sholat subuh lebih awal. Ia mendekat menuju telinga Adari dan membisikkan sesuatu disana.

Adari sonatk bangkit dan tiba-tiba saja ia terbangun dengan penuh semangat dan kemauan yang luar biasa. Ia baru ingat dan tersadar, bahwa Adari juga belum bersuci agar dapat melaksanakan sholat subuh diawal pagi ini. Adari juga kerap menyesali bahwa pagi ini dirinya tidak melakukan sholat tahajjud akibat ia telat bangun dan belum juga pergi mandi untuk bersegera bersuci.

Ziyaan sempurna tersenyum saat melihat Adari yang sempoyongan menuju kamar mandi untuk bersegera mandi. Adari menarik handuknya dengan malas dan berlalu menuju kamar mandi.

BUR BUR BUR...

Selepas Ziyaan melaksanakan sholat sunnah subuh, ia memutuskan untuk menunggu Adari keluar kamar mandi terlebih dahulu. Dan agar selepas itu mereka dapat sholat subuh berjama'ah.

Adari buru-buru keluar dari kamar mandi dengan sweater hangat yang ia gunakan dan menemukan Ziyaan yang tersenyum di hadapannya. Adari mendekat ke arah Ziyaan.       Spontan Ziyaan menggeser tubuhnya saat ia melihat Adari  yang maju kehadapannya. Pasalnya, ia takut kalau saja wudhu yang ia miliki batal.

Tentu saja sangkaan Ziyaan salah, ternyata Adari ingin mengambil mukenah milik nya yang berada tepat di belakang punggung Ziyaan. Adari memutar bola mata sambil menyindir Ziyaan yang terlalu percaya diri kalau Adari akan menyentuhnya.

"lo kapan mandi nya?" tanya Adari setelah melihat Ziyaan yang sudah mengenakan baju Koko, seragam sholat bernuansa putih.

'Tadi sebelum Adzan" ucap Ziyaan ringan.

Adari mengaitkan kedua alis tebalnya, merasa belum percaya dengan jawaban Ziyaan tersebut.

"gue gaada liat lo mandi"

Ziyaan menjawab dengan cepat, "tadi abis mandi aku bangunin kamu, tapi kamu aja yang enggak sadar kalau aku cuma pakai handuk,"

Adari terlihat tak menghiraukan. Ia mendengus sebal. "Gara-gara elo ya gue harus keramas pagi-pagi buta gini!"

Karena Ziyaan tak ingin omelan istrinya  semakin panjang, ia akhirnya mengajak Adari untuk sholat sunnah shubuh terlebih dahulu, sebelum akhirnya mereka beranjak melaksanakn sholat subuh berjama'ah seperti biasanya.

"Kenapa gak sholat subuh aja, langsung! celoteh Adari sambil mengenakan mukenah, rambut Adari masih dilapisi dengan handuk kecil yang membalut rambutnya yang masih basah.

"Kan kalau sholat sunnah Subuh keutamaanya besar, bahkan di hadits disebutkan kalau kita nge-laksanain sholat sunnah subuh bakal dapet kebaikan yang nilainya lebih besar daripada dunia dan se isinya,"

Adari mengangguk paham. Sudut bibir merah mudanya sedikit melebar mendengar tutur dari lelaki tersebut.

"...dan itu juga udah termasuk dapetin kamu," sambung Ziyaan membuat pipi Adari merona. Akhirnya Adari memulai melaksanakn sholat sunnah Subuh dan selepas itu, lantas mereka memulai sholat berjama'ah.

Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang