(56) Sama Sama Santri
༺༻
Puluhan hingga ratusan hari di lewatkan Adari dengan begitu hampa dan kosong. Sudah hampir empat bulan penuh hidupnya laksana kuburan. Dunia terasa hampa dan sesak bagi nya. Adari berusaha melanjutkan hidup nya dengan mengharap kekuatan dari Sang Pencipta yang mempunyai seluruh kekuatan dan kebaikan.Adari selalu yakin bahwasanya Allah tak akan pernah meninggalkan dirinya. Allah selalu ada untuknya dan selalu menjaganya. Hingga sampai saat ini, Adari masih diberi kekuatan hingga sampai di titik ini. Terasa berat memang bagi Adari, namun tidak untuk Allah. Zat yang maha Kuat dan yang menguatkan.
Itu alasan mengapa Adari tak ingin berlarut di dalam kesakitan dan kepedihan yang ia rasakan, dan tetap berusaha bangkit dari keterpurukan. Meskipun tanpa sosok suami sebagai pendamping, Adari tetap masih kuat untuk menjalani kehidupan nya, ditambah dengan mengandung calon bayi mereka.
"Terimakasih banyak Ustadzah, Adari begitu beruntung masih di terima dengan baik disini, " Ungkap Adari.
"Alhamdulillah, Adari harus ingat kalau kami tidak akan pernah menolak kehadiran Adari. Menjadi santri kembali, bukan masalah kan, nak? "
"Tidak sama sekali, Ustadzah... " Ujar Adari dibalik pelukan nya.
"Kalau begitu, Adari pergi sebelum nantinya terlambat koas, hati-hati bawa mobilnya! " Perintah perempuan paruh baya yang sudah sepuluh tahun berprofesi sebagai guru di pesantren An-Nisa. Pesantren dengan fasilitas yang mewah yang terletak di Lembang dan hanya diisi oleh kalangan wanita saja.
ꕤꕤꕤ
Satu hari yang melelahkan telah usai Adari jalani. Nampaknya memang terlihat mudah, namun nyatanya tak semudah yang dibayangkan. Hampir setiap hari Adari harus pergi ke rumah sakit dan menjalani kegiatan yang melelahkan itu. Perjalanan koas memang berat, apalagi dengan kondisi Adari yang mengandung bayi dengan posisi kehamilan tua tanpa seorang suami yang menguatkan nya.
"Adari, jangan memaksakan diri, kalau kamu mau berhenti dulu menjalani koas, dokter bisa kondisikan kok! " Tampaknya dokter Rachel, sebagai dokter pembimbing mengkhawatirkan kondisi kehamilan Adari yang sudah mencapai usia delapan bulan lebih.
Adari menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak dok, saya yakin semua ini akan Allah beri kekuatan. Jadi tidak perlu khawatir, "
Ucapan sesederhana yang di keluarkan Adari membuat hati dokter Rachel tersentuh. Salah satu dokter termuda di kalangan para dokter lainnya yang betugas di rumah sakit Bandung.
"Sehat-sehat selalu Adari, jaga diri baik-baik" Ujar Rachel.
∘∘∘∘
Sore di Bandung yang ramai membuat Adari sedikit kesal melintasi perjalanan menuju polsek. Seperti biasa, jika Adari pulang pada waktu sore, Adari selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi kekasih dunia dan akhiratnya. Setidaknya setelah melihat wajah Ziyaan sesaat dan mendengar suaranya membuat rasa rindu yang Adari simpan sedikit terobati.
Tubuh yang dulunya kecil itu keluar dari mobilnya, namun perutnya yang semakin membesar membuat Adari membuka pintu mobil dengan begitu besar.
Berjalan perlahan karena merasa berat dan memasuki polsek. Sembari membelai perut nya, Adari meminta izin kepada pihak polisi yang menjaga untuk mengunjungi suaminya.
"Suami saya pak, Akbar Zayn El-hannan, " Ujar Adari lemah. Nama yang ditulis tetaplah nama asli dari suaminya. Namun suaminya itu sudah dikenali dengan sebutan nama 'Ziyaan'.
"Ziyaan maksudnya? " Polisi yang terlihat jutek itu selalu saja berhadapan dengan Adari ketika Adari mendatangi polsek pada waktu petang.
Adari mengangguk cepat agar perkara juga diselesaikan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃)
RomanceSiapin tisu dan cemilan buat baca cerita ini! Ceritanya udah beres! Baca aja ya sayang! InsyaAllah keren & menyala di benak-benak kalian. Proses editing, do'ain dan dukung biar bisa jadi novel dan dipeluk sama pecinta S3. Mommy kalian nih: AyuAp...