Extra Chapture

248 8 2
                                    


Perkasa Azaz El-Hannan bin Akbar Zayn El-Hannan

Perkasa Azaz El-Hannan bin Akbar Zayn El-Hannan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




☆☆☆

Beberapa rombongan geng motor yang masih lekat dengan nama "Omorfos" itu beranjak pergi dari tempat pemakaman itu. Atas persetujuan Adari dan juga permintaan nya, kelima belas orang yang terlihat mulai menua serta sudah berkeluarga itu memutuskan pulang dengan motor-motor balap baru mereka.

"Kamu gak mau bangun buat liat Perkasa, Ziy? " Uang perempuan itu yang kini mengenakan seragam putih alias seragam dokter. Nyatanya Adari baru saja pulang dari tugas di rumah sakit. Dan memutuskan untung berziarah ke makam orang-orang tersayang nya.

"Kamu tau, hati ini terus merindukan kehangatan pelukan kamu, Sayang. " Ucap Adari pelan didekat baru nisan suaminya.

Makam itu sengaja di deret kan, yakni tepat di sisi samping kiri ada makan saudara suaminya, dan di sisi kanan tentunya ada makam milik ibunda tercintanya.

"Semuanya, semua orang yang aku sayang pergi meninggalkan aku, Ziy..! Trus emangnya kamu gak mau balik, Sayang?"

"Aku mohon jangan jadi seperti pelangi, yang datang lalu pergi."

"Ma-ma.. ini papa Perkaca yaah? " Tanya Perkasa dengan nada nya yang begitu menggemaskan sambil menunjukkan jarinya ke makam penuh bunga mawar merah itu.

Adari mengangguk pelan, mulai meneteskan air mata. Dan dengan cepat ia menyeka air yang mulai turun dari pipi putih kemerahan nya.

Suaranya penuh menggemaskan, namun bagi Adari itu adalah luka. Hati nya merasakan sakit saat melihat anak lelaki nya yang baru saja berumur tiga tahun itu harus mengetahui bahwa ia harus merasakan kehilangan sosok "papa".

" Mama tanyan nanyis, kan macih ada Perkaca disiniii.." Ucap anak batita itu sambil mengenggam tangan ibunya dengan erat.

Tak bisa ditahan lagi, air itu terus mengalir di pipi Adari. Perkasa yang mulai mengerti, akhirnya dengan sigap mengarahkan tangan mungilnya menuju pipi Adari dan mulai menyeka air mata itu dengan lembut, dan memeluk tubuh Adari. Perilaku yang kini dilakukan Perkasa begitu persis dengan apa yang selalu Ziyaan lakukan tatkala Adari menangis.

"Terimakasih anak hebat mama. InsyaAllah mama akan berjuang sekeras mungkin untuk membesarkan kamu, Sayang. Perkasa juga gak boleh ikutan sedih kayak mama, ya? "

Perkasa mengangguk sambil tersenyum begitu manis.

"Ayuk kita pulang. "

✧✧✧

Mobil itu mendarat di depan bangunan alias rumah sakit jiwa. Ini yang ketiga kali nya Adari datang untuk melihat pasien yang berada di dalamnya, dan baru kali inilah ia juga ikut menyertakan kehadiran Perkasa.

Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang