Chapture 50

206 5 0
                                    

(50) Sama Sama Santri
✦✦✦

Senyuman Adari langsung meredup melihat sosok yang memanggilnya baru saja. Ternyata itu adalah gus Reyhan. Adari menunduk, sedang Hume berjalan mendekati.

"Itu sayang, Adari dicariin sama adeknya, Azmi" Ujar Reyhan menunjuk kearah Adari. Hume mengangguk pelan sedikit membisikkan kepada Reyhan tentang Ziyaan yang belum juga ditemukan, lantas berpaling menuju Adari.

"Adari, sepertinya Ziyaan pulang kerumah. Kamu bisa pulang dulu bareng Azmi, itu Azmi nyariin kamu, " Ujar Hume.

Adari mengangguk pelan, lantas Adari diarahkan oleh Reyhan untuk menemui Azmi yang sedang mencarinya. "Ane juga gak lihat Ziyaan lagi, Adari. Terakhir waktu Ziyaan ditawarkan minum sama cowok, ane juga kayak gak pernah lihat cowok itu sebelum nya, " Sambil berjalan Reyhan mencoba menjelaskan beberapa informasi terakhir yang dilihat nya.

Akhirnya mereka sampai dihadapan Azmi. Adari langsung mengutarakan kalau ia akan pulang dan mencari Ziyaan.

"Gue harus pergi sekarang, lo masih mau disini? " Ungkap Adari.

Azmi melirik Reyhan. Baru saja mereka merencanakan akan berkumpul bersama para alumni di aula pesantren.

"Yaudah, gue sendiri aja" Pungkas Adari lagi.

"Hati-hati ya kak, kalau nanti kakak perlu bantuan, telfon aja aku. Mungkin Bang Ziyaan ada dirumah, "

Adari mengangguk dengan cepat, "entar lo naik taksi aja, ya" Ucap Adari diikuti dengan anggukan kepala Azmi. Ada di buru-buru memasuki mobil dan menjalankan nya.

Setelah beberapa menit di perjalanan, Adari yang memutuskan untuk memeriksa keberadaan Ziyaan terlebih dahulu dirumah, tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon.

Tangan Adari yang masih terfokus oleh setir mobil, mencoba menyambungkan telepon tersebut. Melirik sedikit kearah pemanggil telepon, ia langsung mengembangkan senyumannya. Nama yang bertuliskan nama suaminya disana, sedikit rasa lega menghampiri raga nya.

Dengan percaya diri Adari mengangkat telepon tersebut dengan penuh gairah, namun terselip rasa sebal dan rasa khawatir yang tercampur aduk.

"ZIYAAN LO DIMANA? LO KENAPA GAK ANGKAT TELPON GUE? LO BUAT GUE KHAWATIR TAU GAK?! GUE TADI SEMPAT LIHAT LO NAMPIL, TAPI LO TIBA-TIBA MENGHILANG AJA?!"

Senyap.

Tak ada jawaban yang diterima oleh Adari dari ungkapan histeris nya baru saja. Adari mencoba melirik kembali nama di panggilan tersebut, dan memang ia tidak salah lapak. Pemilik nomor itu memang milik Ziyaan. Lantas mengapa Ziyaan tidak menanggapinya sedikitpun? Ada apa sebenarnya? Adari meneguk salivanya. Tangannya masih terfokus dengan setir mobil, dan tangan yang lain masih terfokus memegang ponsel pink miliknya.

"Ziyaan? Lo kenapa diam sih? Enggak lucu, tau gak? " Adari mulai cemas, suaranya melemah. Adari mencoba terdiam untuk beberapa detik berikutnya.

Alhasil, saat Adari hendak mematikan sambungan tersebut, suara itu menahan dirinya.

Suara tertawa keras membuat Adari gugup. Tunggu, suaranya itu tampak tak asing?

"Lo nyariin suami ya? "

"Kasihan banget lo Adari, Ziyaan keburu gue unboxing" Casavia tertawa terbahak-bahak. Membuat Adari  semakin geram. Entah apa yang didirikan Adari, ia takut terjadi apa-apa, alhasil ia menepikan mobilnya di ujung jalan.

"Lo jangan gila ya Cassa? Gue gak akan percaya omongan bacot dari cewek murahan kayak lo! "

"Dimana suami gue, hah? " Sambung Adari, matanya memanas.

Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang