Chapture 55

237 9 2
                                    

(55) Sama Sama Santri
***


Pada tahap pertama, yakni upaya damai, majelis hakim berusaha menasihati kedua belah pihak untuk berdamai. Dititik ini, Ibu Casavia tetap tidak mau mengalah, ia ingin pembalasan atas kematian anaknya ter-tuntaskan. Sedangkan ia tidak mengetahui kejadian yang benar nya seperti apa.

"Tidak Pak Hakim, Saya tidak akan memaafkan orang yang telah membuat anak saya meninggal! Dia anak semata wayang, pak! " Protes Gea.

Adari tak terima. Ia bangkit dan berdiri, "Eh buk! Anaknya bunuh diri sendiri, seharusnya anaknya yang salah bukan suami saya! Justru anak ibu yang memberi suami saya obat tidur, kurang jahat apa anak ibu?"

"Buk sadar gak kalau anak ibu itu bukan anak yang baik-baik aja! Berandalan kayak gitu! Itu yang membuat saya tidak menerima anak saya berhubungan dengan anak ibu! " Seru Khadijah.

Putra mengisyaratkan Adari untuk tetap tenang, begitu pula dengan Rasyid yang mengelus pundak istrinya, sedangkan anggota Omorfos sibuk menyoraki Gea yang terlihat sebal. Pada persidangan ini tidak ada awak media yang menginput, karena persidangan ini adalah persidangan tertutup.

Hakim menenangkan situasi yang semakin gaduh. Ziyaan menghela nafas panjang. Ia hanya dapat berdzikir.

Tahapan selanjutnya terus berlanjut dan dilaksanakan, mulai dari pembacaan gugatan, jawaban tergugat, replik dan duplik.

Sampai tibalah waktu dimana hakim mempersilahkan pembuktian dari kedua belah pihak. Disaat ini, Gea selaku ibu dari Casavia yang juga menyewa pengacara diberi izin untuk menunjukkan bukti.

Pengacara itu lantang memberikan bukti, diantaranya adalah sidik jari dari gagang pisau itu. Serta pakaian pelaku dan korban sama-sama tidak pantas saat di temukan.

Tibalah waktu dimana kesempatan Adari untuk membantah tuduhan Ziyaan. Adari yang dipersilahkan, menceritakan semua kejadian secara detail. Bermula pada saat ia menyaksikan kajian suaminya di pesantren hingga akhirnya suaminya tak ditemukan dan menghilang dari pesantren.

Setelah itu Adari diminta korban untuk datang ke hotel Aston. Semua penggalan cerita Adari sampaikan dengan baik sampai dititik dimana Casavia melekatkan pisau itu di dadanya dan sengaja membuat sidik jari Ziyaan yang masih terlelap dalam gagang pisau itu.

Hal itu membuat Ziyaan yang mendengarnya berusaha mengingat semua kejadian yang masih tersimpan dalam benaknya, namun ia tak dapat mengingat sedikitpun, melainkan sebuah minuman yang diberikan kepada nya saat ia beristirahat di asrama oleh seorang cowok yang katanya adalah panitia acara maulid kemarin.

Suara itu dikuatkan kembali oleh Putra, Rasyid, Khadijah, Azmi, Jihan, Reyhan, Hume dan anak geng motor Omorfos yang ikut hadir. Para majelis hakim berbisik satu sama lain.

"Kami meminta pengakuan dari pelaku, dipersilahkan" Ucap salah satu hakim tersebut.

Ziyaan hanya bisa terdiam, ia sama sekali tak mengingat semua nya. Ziyaan melirik Adari yang sedang menyemangati dirinya dari seberang. Mata Adari tanpak nya menginginkan agar Ziyaan mengeluarkan suara dan bantahan nya.

"Saya selaku orang yang terdakwa ingin menyatakan kalau saya diberi minuman sebelum akhirnya saya tertidur pulas. Dan saya tidak dapat menyadarkan diri sampai akhirnya korban membawa saya ke sebuah hotel seperti apa yang di ungkapkan istri saya, Pak" Ujar Ziyaan dengan lantang.

Para majelis hakim menerima pernyataan itu, namun pengacara Gea membantah kembali.

"Tidak ada barang bukti, pak! Itu hanyalah omongan belaka dan tidak bisa dibenarkan! Sedangkan kami sudah jelas membawa bukti yang kuat! "

Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang