⌗𝐄𝐧𝐝-Chapture 64

237 8 1
                                    

𝐴𝑠𝑠𝑎𝑙𝑎𝑚𝑢'𝑎𝑙𝑎𝑖𝑘𝑢𝑚 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑎𝑎...
!! Sebelum lanjut, aku mau bilang terimakasih banyak buat para pembaca setia aku! I love u! <3
And aku berkeinginan penuh kalau kiranya cerita aku bisa bermanfaat buat semuanyaa.. Aku harap adanya cerita yang aku buat ini, bukan untuk menjadi bahan unfaedah buat orang-orang, karna jujurly niat aku buat cerita ini juga ingin membagikan bbrp ilmu agama, dan sorry bgt kalau mmg ada beberapa kata yg kurang "bagus" yang mungkin sering kalian dapetin di cerita aku. Do'ain akuu juga yak biar bisa mengembangkan cerita selanjutnya dengan lebih baik! :))
Don't forget Sholat and read Al-Quran ygy!!

𝐒𝐨 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠💕!!

❍❍❍

Di rumah sakit kita akan banyak menemukan do'a do'a ikhlas dan tangis penuh harapan daripada di masjid.

Rumah sakit di pagi buta kali ini menyaksikan berbagai isak tangis para insan yang tengah mengiringi kedua pasangan suami istri itu. Rasa penuh harap serta tangis yang pecah kian mengiringi doa doa   mereka.

Khadijah, Rasyid, dan Putra sontak berdiri dengan sigap saat dokter dan para perawat keluar dengan cepat dari ruangan IGD. Kedua perawat berbaju putih itu mendorong ranjang yang membawa seorang pasien menuju ruang operasi. Ketiga orang tua paruh baya itu bahkan tidak diizinkan untuk mengikuti langkah dokter dan para perawat yang bersegera menuju ruang operasi.

***

Deg!

Gelap. Tak ada cahaya yang dapat dilihat oleh wanita penuh haru itu. Sejak tadi ia merasakan badannya membeku, matanya tertutup, tangan dan kakinya terasa terbelenggu.

Ia mencoba membuka mata nya perlahan-lahan. Nyata nya itu membuat penglihatan nya terasa perih.

Tatkala bola mata itu mendapatkan cahaya kembali, Nyatanya tak ada seorang pun yang berada di dalam ruangan itu kecuali seorang pria yang terlihat samar mengenakan pakaian serba putih.

Adari langsung dapat mengenalinya karena wajahnya yang begitu bersinar dengan senyuman nya yang terlihat tulus kepadanya.

Pria itu adalah pria yang begitu mencintai dirinya. Dengan jarak yang tak terlalu jauh, pria itu membentangkan salah satu tangan nya kedepan, dan mulai mengucapkan beberapa bongkah kata yang terdengar sayup-sayup.

"Aku tunggu kamu di Syurga, Sayang... "

Adari begitu ingin memastikan sosok itu, namun saat ia hendak menggapai tangan itu kembali, tiba-tiba saja tubuh itu hilang dengan cepat bak kabut.

Adari berusaha memanggil nama itu dengan kemampuan suaranya yang masih lemah serta tangis isak yang tak memadai.

"Adari, nak!"

Khadijah dengan cepat memeluk gadis yang masih menangis itu ke dalam dekapan nya. Dokter persalinan pun ikut masuk bersama beberapa perawat.

"ZII-YAANN... "

Khadijah hanya mampu terdiam, namun di kala itu pula Adari tersadar akan perutnya yang sudah datar. Ia langsung mengarahkan tangannya diatas perutnya itu dan menghadapkan wajahnya menuju Khadijah kembali, berbicara lewat isyarat mata.

"Alhamdulillah sayang, semuanya baik-baik saja. Lihat cucu Umma yang ganteng itu bisa lahir dengan sehat! " Jelas Khadijah dengan cepat.

Perawat yang tengah membawa bayi kecil itu lantas memberikan nya kepada sang ibu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang