Chapture 61

209 9 0
                                    

(61) Sama Sama Santri

...

Seorang perempuan dengan tamilan kaos putih dan celana berbahan jeans itu memasuki bangunan pesantren Al-Ghifari. Saat ia tengah sibuk mencari sosok sahabatnya, tiba-tiba saja seorang lelaki yang tengah memikul handuk di lehernya menyambarnya dengan teriakan maut.

''WOI NONIS NGAPAIN DISINI ?!"

Sontak Jihan mengarahkan wajah nya kesamping untuk melihat siapa yang sedang mengejutkan dirinya dengan suara teriakan tadi. 

"Heh! Sembarangan banget lo kalau ngomong ya! Lo gak liat apa, gue pakai jilbab kayak gini?!"

Darel membuang muka, "Di pesantern itu ya, jilbab nya gak boleh tipis, pendek, diikat kayak kain kafan gini, paham!" Tegasnya sambil menjulurkan lidah tanda mengejek.

Jihan mulai menggeram, namun ia masih mampu menahan amarah nya kali ini. "Bodo amat!"

"Btw, Mana bestie gue, Adari?"

"Lah mana gue tau, emang gue suami nya!" Gerutu Darel sambil menaikkan kedua bahunya.

"SERIUSAN! GUE KESINI NYARIIN DIA!!" Seru Jihan menatap Darel dengan tajam.

"Iya iya, gue gak tau sih, intinya tadi pagi gue liat dia dianterin ketua gue. Kayaknya mau kuliah,"

"Ketua?" Jihan masih tak paham.

"Yaelah! Lo gak tahu apa kalau gue anggota geng Omorfos yang paling ganteng! Gue anak motor suami bestie lo!" 

"Terus lo ngapain disini? Nyantet?" Ujar Jihan menggoda.

"Sembarangan lo! Kita disini lagi pesantren kilat!" Bela Darel.

"Ah, bodo amat! Gue gak peduli, pokoknya sekarang lo harus anterin gue pergi ke mall! Cepetan!" Pungkas Jihan terlihat sedang memaksa lelaki di hadapannya.

"B-buat apa?" Darel ikut ketakutan melihat pemaksaan Jihan itu.

"Lo gak liat apa? Yah gue mau beli gamis! Entar gue dimarahin ustadz lo tuh, kalau pakai baju ketat gini di pesantren! Sebagai permintaan maaf lo karena udah bilang gue kayak nonis"

"Naik apa? Entar gue dimarahin ustadz Ziyaan, tau!"

"Udah buruan naik motor balap lo, kita diem-diem aja! Aman kok!"

Jihan mendorong tubuh Darel menuju parkiran. Dengan terpaksa ditambah dengan rasa takut ketahuan oleh pihak yang lain, Darel hanya menuruti ucapan Jihan tadi. Mereka akhirnya menaiki motor balap dengan mengendap berjalan dari gerbang belakang.

***

"Tujuh gamis cukup kali, yak?" Tanya Jihan kepada lelaki hitam manis di sampingnya, mereka nyatanya sedikit menjaga jarak.

Darel yang sedari tadi fokus melihat wajah Jihan tak menyadari bahwasanya gadis itu sedang melontarkan pertanyaan padanya.

"WOI! LO DENGER GUE GAK SIH?!" Seru Jihan menampar pipi Darel dari samping dengan kuat.

Sontak tamparan Jihan itu membuat Darel kesakitan, sambil memegangi pipinya, nytanya banyak mata yang tengah memperhatikan mereka berdua.

Sama Sama Santri (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang