52

15 2 3
                                    

Taehyung sudah membuka mata setelah operasi yang dia lakukan. Dia hanya diam. Eunha mencoba bertanya kepadanya, tapi tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Taehyung. Namun, dari diamnya Taehyung, setidaknya kondisi Taehyung membaik setelah operasi yang dilakukan.

"Oppa." Taehyung memejamkan mata saat Eunha mulai membujuknya untuk makan.

"Baiklah kalau Oppa tidak mau, aku juga tidak makan, kalau Oppa ingin tahu, aku sangat lapar, sejak semalam aku belum makan. Song Eomma yang menyuapiku semalam tapi sampai siang ini aku belum makan." Eunha mencoba membujuk Taehyung agar mau berbicara.

Tak lama terdenger suara Eunha berbunyi. Taehyung tersenyum mendengar suara perut Eunha. Di membuka mata dan melihat Eunha yang sudah memelas ingin segera makan. "Makanlah," ucap Taehyung dengan suara lembut.

"Oppa, juga harus makan." Eunha menyuapkan bubur yang Hyun Ae bawa dari rumah untuk Taehyung. Dia kemudian membuka mulut dan menelan bubur itu. Tenggorokannya masih terasa sakit, dia memaksa untuk menelan agar Eunha tidak menahan lapar karenanya.

***

Taehyung memutuskan pulang bersama Eunha ke rumah Seokjin. Dia tidak bisa meninggalkan Seokjin seorang diri, karena Hoseok hanya sesekali pulang, biasanya dia akan tinggal di apartemen miliknya.

"Semoga kamu betah di sini ya, Nak," ucap Seokjin pada menantunya itu.

"Terima kasih, Tuan." Eunha masih tampak canggung di depan Ayah mertuanya itu.

"Kamu masih memanggil ku Tuan. Panggil aku, Ayah. Bukankah aku juga Ayahmu," ujar Seokjin.

"Baik, Ayah."

"Kemana Hyun Ae Eomma, Ayah?" tanya Eunha. Sejak sampai, Eunha tidak melihat Hyun Ae di rumah, biasanya dia ada di rumah Seokjin.

"2 hari ini dia pulang, dia menemani Jungkook," jelas Seokjin.

"Apa Jungkook masih sakit? Maafkan aku, ini semua salahku. Aku-" Eunha masih menyalahkan dirinya akan masalah yang terjadi antara mereka.

"Jangan menyalahkan diri sendiri, kamu tidak bersalah, Nak." Seokjin memegang pundak Eunha agar dia tidak terus menyalahkan diri. Karena ini semua sudah menjadi garis Tuhan untuk mereka.

"Jangan membahasnya, suamimu turun," bisik Seokjin saat melihat Taehyung berjalan ke arah mereka berdua dari kamarnya yang ada di lantai atas.

Eunha melihat Taehyung dan tersenyum kepadanya, dia tidak ingin saat Taehyung mendengar kabar tentang Jungkook membuat moodnya kembali buruk. Walau setelah kejadian itu, Taehyung tidak menyebutkan nama Jungkook sama sekali.

"Mau kemana?" tanya Seokjin.

"Sayang, istirahatlah. Nanti aku akan menyusulmu. Dan Ayah, bisa aku bicara sebentar," ucap Taehyung.

Setelah Eunha berjalan ke kamar Taehyung. Membiarkan Taehyung bicara dengan Seokjin. Mereka berdua berbincang di balkon belakang. Sepertinya sangat serius sampai Taehyung ingin berbicara berdua saja dengan Seokjin.

"Bisa Ayah membantuku?" tanya Taehyung.

"Katakan, Nak." Seokjin dengan seksama mendengarkan apa yang ingin putranya katakan. Kalau tidak serius, Taehyung pasti bicara di hadapan Eunha, namun dia memilih bicara berdua saja.

"Tentang Hyun Ae Eomma, bisakah Ayah tidak mempekerjakannya lagi di sini." Permintaan yang Taehyung ucapakan membuat Seokjin terkejut.

"Kenapa, Nak?" tanya Seokjin, karena memang Hyun Ae yang biasa mengurus Taehyung saat ini.

"Jungkook membutuhkannya, saat Eomma di sini, itu hanya akan membuat Jungkook merasa Hyun Ae Eomma selalu mementingkan Taehyung." Ini tentang ucapan Jungkook waktu itu, Taehyung masih memikirkannya. Walau berat jika harus jauh dengan Ibu dan adiknya, tapi untuk saat ini Jungkook lebih membutuhkan Hyun Ae.

"Oh, tentang itu ...,"

"Ayah sudah tahu tentang itu?" Taehyung mengira jika Seokjin tentang masalah mereka berdua. Nyatanya Taehyung salah, Ayahnya itu tau semuanya.

Seokjin mengangguk. "Kamu yakin dengan permintaanmu itu?" tanya Seokjin.

Meskipun berat, Taehyung mencoba untuk melakukan itu. Dia tidak ingin Jungkook terus bilang kalau Taehyung merebut semuanya. Jujur saja, Taehyung sangat membutuhkan Hyun Ae Eomma, karena hanya dia yang selalu menenangkan Taehyung, tapi Taehyung harus yakin bisa tanpa Hyun Ae demi Jungkook.

Setelah berbicara dengan Seokjin, terlihat Eunha tertidur di ranjang king size milik Taehyung. Sepertinya dia benar-benar lelah sampai dia tidak menunggu Taehyung selesai bicara dengan Seokjin. Dia harus mengurus Taehyung dan bekerja. Taehyung membenarkan selimut Eunha kemudian mencium kening Eunha yang sudah terlelap.

***

Bayangan tentang Jungkook mengatakan, jikalau dia benci kepadanya, terus saja menghantui Taehyung, dia bahkan bermimpi Jungkook menusuknya menggunakan pecahan kaca yang dia pegang waktu itu.

"Tidak!" Taehyung berteriak saat matanya masih terpejam, hal yang biasa dilakukan saat dia merasa tertekan. Dia sedang bermimpi buruk.

"Oppa, ada apa?" Eunha terbangun karena teriakan Taehyung. Dia melihat suaminya itu sudah dengan posisi duduk, mencoba mengatur nafas, keringat membasahi wajahnya. Eunha kemudian memberikan minum kepada Taehyung yang seperti ketakutan.

"Sudah, berbaringlah lagi," ucap Eunha. Taehyung berbaring dan menarik lengan Eunha, agar dia ikut berbaring di pelukan Taehyung.

Eunha menepuk pelan dada Taehyung, membuatnya nyaman dengan sentuha yang Eunha lakukan kepadanya.

"Maaf aku mengejutkan tidurmu," ucap Taehyung.

"Tidak apa-apa, Oppa. Kembalilah tidur, aku bersamamu." Eunha mempererat pelukannya kepada Taehyung dan mendapatkan balasan.

Setelah bermimpi buruk, dia tidak bisa tidur lagi. Dia hanya menatap istrinya yang sedang tertidur, terdengar dengkuran lirih dari mulutnya. Pikirkan Taehyung terus melayang tentang mimpi Jungkook. Setelah kejadian waktu itu, Taehyung memang tidak bertemu dengannya lagi. Dia juga tidak pernah membahas tentang Jungkook kepada Eunha tahu pun Seokjin. Mereka sendiri juga tidak berani untuk bercerita kepada Taehyung kondisi Jungkook.

Taehyung takut melihat Jungkook yang hancur karenanya, kalau bukan karena keegoisan dirinya, mungkin saja semua ini tidak akan terjadi, tapi benar juga kata Eunha, dia juga tidak bisa memaksakan apa yang bukan keinginan Eunha. Dia hanya akan membuat Eunha terluka.

***

"Selamat pagi, Nyonya Besar," sapa seseorang yang sangat Eunha kenal.

Masih terlalu pagi untuk Do Jun, datang menemui Eunha. Setelah Eunha turun dan berjalan ke rumah sakit, setelah Taehyung pergi, Do Jun menghampiri Eunha yang berjalan menuju ruangannya.

"Pergilah, Paman. Atau Paman mau petugas keamanan menyeret Paman untuk keluar," tegas Eunha.

"Tenanglah, kenapa kau terburu-buru. Aku hanya ingin berbicara sebentar kepadamu." Do Jun tampal ingin mengatakan sesuatu lagi pada Eunha, pasti ini tentang uang lagi.

"Suamimu itu sangat licik, aku datang ke pernikahanmu, tapi dia malah mengusirku. Kurang ajar sekali dia padaku. Bagaimanapun aku ini Pamanmu," ucap Do Jun kesal.

"Itu pantas untuk, Paman. Aku mohon sekarang pergilah." Eunha berusaha untuk pergi dari Do Jun, namun segera di halangi.

"Tunggu dulu! Aku hanya ingin bilang kepadamu, rumah yang kau tinggalkan itu menjadi milikku sekarang, bukankah perjanjiannya seperti itu." Kedatangan Do Jun selalu membahas tentang harta, dan sekarang dia ingin mengambil rumah Eunha.

"Saat kau menikah, dan suamimu mengajak tinggal bersamamu. Rumah itu milikku. Jadi, serahkan surat kepemilikan rumah itu kepadaku sekarang!" tegas Do Jun yang tidak pernah tau malu.

Eunha tersenyum, bagaimana Do Jun begitu tega kepadanya. Dia hanya menginginkan harta dan menghabiskannya dengan bermain judi. Tanpa rasa bersalah, dia meminta rumah milik Eunha jatuh ke tangannya. Otak licik Do Jun memang berguna saat seperti ini. Perjanjian dimana, Eunha akan menyerahkan rumah miliknya setelah dia menikah, Do Jun tagih. Haruskah Eunha menceritakan ini kepada Taehyung? Eunha hanya tidak ingin Taehyung berurusan dengan Pamannya. Namun, kalau di biarkan Do Jun akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menekan Eunha.

Touch of Heaven (KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang