Chapter 01

47.4K 3.3K 307
                                    

Happy Reading🌻

"Yaelah, ini kelasnya di mana sih?" Sean ngedumel sambil melangkahkan kakinya di koridor sekolah.

Jari tangannya terus membenarkan letak kacamata bulat yang sedari tadi hampir jatuh dari wajahnya.

Bruk!

Tengah fokus menatap ke sekeliling, tiba-tiba tubuh mungilnya bertabrakan dengan benda keras di depannya.

"Aduh pantat bahenol gue," lenguh Sean sambil mengusap-usap bokongnya.

Seketika aura terasa mencekam, hal itu mampu membuat Sean merinding. Dia dengan perlahan bangun dari lantai, dan seketika bola mata biru yang kini ditutup lensa hitam itu melebar sempurna.

"Dia bukannya cowok sinting yang ngajak gue mati kemarin?" pekik Sean dalam hati, saat matanya melihat wajah tampan yang kemarin malam dia temui di tengah jalan.

"Wadoh, jalan pake mata dong!" sewot Sean sambil menatap sinis laki-laki yang tengah menatapnya tajam.

"Kayak pemilik sekolah aja jalan seenaknya," gerutu Sean lagi dengan melenggang pergi untuk melanjutkan niatnya tadi.

"..."

"Dasar patung."

Oke cukup, untuk kali ini mulut Sean terlalu jujur, yang mampu membuat orang-orang menatap tak percaya ke arahnya.

"Heh kucel, berani banget lu bilang gitu sama dia!" sentak seorang gadis.

Sean hanya mengangkat bahunya dan terus melangkah menjauhi kerumunan itu yang entah sejak kapan berkerumun mengelilinginya.

"Tumben banget lu Lang," heran Gibran, salah satu teman bangsat Elang, manusia yang di panggil patung oleh Sean tadi.

"Iya dah. Biasanya juga langsung sikat," sahut Eros sambil memakan cikinya.

"Berisik."

***

"Perkenalkan nama saya Sean Wilson. Saya anak yatim piatu, pindahan dari London. Saya orang gak punya alias gak kaya. Jadi kalian jangan mau temenan sama saya."

Perkenalan ala seorang Sean dengan lugasnya berkata seperti itu di depan kelas yang disaksikan oleh seluruh murid kelas 12 IPA 1.

Tak lupa pula senyum lebar itu setia menghiasi bibir mungilnya. Bola matanya menatap sekeliling, melihat respon murid dan juga guru yang berada di dalam kelas tersebut.

"Orang freak kayak lu bisa masuk ke sekolah ini? Gak salah?" tanya seorang gadis yang duduk di bangku tengah.

"Gak salah kok. Justru pertanyaan lu yang salah, aneh pula." Sean menjawab masih dengan senyum lebarnya.

"Widihhh!" heboh murid yang lain, tak percaya manusia cupu seperti Sean berani menjawab seperti itu pada primadona di sekolah ini.

"Segitu aja perkenalannya. Bangku saya dimana ya buk?" tanya Sean.

"Di sana." Bu Diana menunjuk pada satu kursi yang terlihat masih kosong.

"Terima kasih Budi."

Sean segera melangkah ke arah meja pojok yang terlihat ada satu sosok laki-laki yang tengah menelungkupkan kepalanya.

Sedangkan Bu Diana menatap kesal ke arah Sean karena memanggilnya seperti itu.

Sean sendiri kini tengah grasak-grusuk membenarkan letak kursi yang sedikit tak rapi, membuat laki-laki yang duduk di sampingnya terbangun. Kembali Sean menekuk wajahnya kesal saat melihat wajah lelaki itu.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang