Chapter 07

32.3K 2.6K 69
                                    

Happy Reading🌻

"Kemarin malam lu kenapa gak ikut ngumpul bareng kita?" tanya Gibran.

Sedangkan Elang sendiri yang mendapat pertanyaan seperti itu, hanya diam dengan menahan senyum.

Kemarin dia pulang dari apartemen Sean cukup larut, karena terlalu asik menjahili pemuda itu.

Elang bingung dengan dirinya saat ini, pasalnya ia tidak risih saat berdekatan dengan Sean yang notabenenya adalah orang asing di dalam hidupnya.

Justru rasanya Elang ingin sekali terus menerus berdekatan dengan pemuda itu. Entah pelet dan guna-guna apa yang telah Sean berikan hingga dirinya seperti ini.

"Lang, malah bengong lu!" Gibran menepuk pelan bahu Elang.

"Lu ada masalah lagi sama bokap lu?" Kini pertanyaan itu keluar dari bibir Aksa yang jarang berbicara itu.

Elang menggelengkan kepalanya. "Kemarin gue ada urusan lain," jawab seadanya.

"Nanti malem si Kenzo ngajak balapan. Gimana, mau lu terima?" tanya Eros dengan sesekali mengepulkan asap rokok ke udara.

"Taruhan?"

Eros menganggukkan kepalanya begitu pun dengan yang lain.

"Uang 30 juta."

"Ck, belum kapok juga dia," heran Elang dengan decakan malas. Dia sudah sangat bosan meladeni manusia satu itu.

"Dia gak bakal berhenti sebelum menang," timpal Aksa yang duduk di single sofa sana.

Kembali mereka mengangguk kompak membenarkan ucapan Aksa.

"Jadi gue harus ngalah gitu?" Elang menaikan sebelah alisnya.

"Mending gak usah diladenin sih kalo kata gue," saran Gibran di tengah aktivitas main game nya.

"Setuju. Kita tutup telinga aja kalo misalkan dia mancing kita," sahut Marvel.

Elang nampak berpikir. Bagaimana caranya agar Kenzo kapok dan berhenti berurusan dengannya.

"Nanti gue pikir-pikir dulu," ucap Elang akhirnya kembali bersuara.

Eros kembali mengangguk. "Kita dukung keputusan lu."

Ting!

Mama

| Pulang! Mama mau bicara.

Raut wajah Elang nampak muram. Malas sekali untuk dirinya pulang, apalagi harus kembali mendengar teriakan dan makian di telinganya.

Helaan napas dengan tepukan pelan di bahunya membuat Elang menoleh.

Meskipun teman-temannya bangsat, tapi mereka cukup tahu problem yang Elang hadapi dari dulu hingga sekarang.

"Lu pasti bisa," ucap Aksa, orang yang tadi menepuk pelan bahu Elang.

Aksa, dia orang yang paling tahu tentang masalah yang tengah Elang hadapi. Elang sering bercerita pada pria itu.

***

Akhirnya waktu yang dinanti Sean pun tiba. Dia tersenyum lebar menikmati waktunya untuk berkeliling mall sendirian.

Tadi Elang mengatakan jika dirinya tak usah ke apartemennya, dan dengan senang hati Sean menuruti ucapan lelaki itu.

"Woah, enak banget!" heboh Sean dengan meminum boba sambil melangkah mencari barang-barang yang dia inginkan.

Dia harus menikmati waktu kebebasannya saat ini. Bebas dari tugas sekolah, tugas babu, dan kejahilan Elang pastinya.

Meskipun sendirian, tapi Sean tak pernah mengeluh atau merasa kesepian, dia justru menikmati waktu sendirinya itu.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang