Chapter 49

18.1K 1.4K 29
                                    

Happy Reading🌻

Keenam pasang telinga dengan fokus mendengarkan cerita yang keluar mengalir begitu saja dari bibir mungil Sean.

Di tempat yang cukup sunyi itu hanya terdengar suara Sean yang terdengar menyedihkan.

Elang sendiri yang duduk di samping tubuh istrinya hanya mampu menggeram kesal, menahan amarah yang siap meledak.

"Sejak saat itu, keluarga gue ngejaga gue dengan ketat. Sampai dimana gue nyaman dengan hidup gue yang sendirian, tanpa ada sosok teman," ucap Sean melanjutkan ceritanya yang sedari tadi memenuhi telinga mereka.

"Gue gak nyangka Farel sejahat itu," sahut Kevin dengan menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Gak ada yang namanya sahabat Yan. Dia gak pantes buat jadi sahabat lu. Sahabat macam apa yang tega buang sahabatnya di pulau." Kini suara Eros yang terdengar.

"Terus apa yang keluarga lu lakuain sama dia?" tanya Marvel ikut bersuara.

"Bokap gue urus semuanya pake jalur hukum, tapi waktu itu gak ada bukti kuat kalo Farel yang udah ninggalin gue di pulau. Ya, mana ada sih yang percaya di umur segitu bisa ngelakuin hal kayak gitu. Gue aja sampe sekarang masih gak percaya kalo Farel bisa kepikiran buat ngelakuin hal itu," jelas Sean dengan menghela napas dalam.

"Tapi kayaknya Mommy, terutama Oma gue, ngebalas Farel pake cara lain. Waktu itu gue denger hidup Farel hancur. Gatau selebihnya," lanjut Sean.

"Sejak kejadian itu, apa lu punya trauma?" tanya Gibran penasaran.

Sean mengangguk pelan. "Lu bayangin aja gimana nasib gue hidup dua hari di pulau kecil antah berantah," jawabnya lirih.

Elang diam mendengarkan. Dia tidak menyangka ternyata kehidupan Sean sangat suram.

"Waktu itu gue trauma sama air laut. Tapi seiring berjalannya waktu gue belajar buat buang jauh-jauh rasa takut itu. Tapi kadang rasa takut itu juga bisa muncul tiba-tiba."

Itu juga alasan mengapa Sean terlihat lemah saat berhadapan dengan Farel waktu di toilet.

Jujur saja Sean memang memiliki fisik kuat, tapi tidak dengan mentalnya. Dia bisa saja lemah saat bayangan mengerikan itu kembali memenuhi ingatannya.

Bagi Sean, ingatan itu sangat mengerikan, dan sebisa mungkin Sean akan membuang jauh-jauh ingatan itu sampai benar-benar hilang.

"Untung aja bokap lu panglima angkatan laut, jadi lu bisa cepet ketemu Yan," ucap Marvel bersyukur.

"Tapi gue masih heran, kenapa Farel berani ngelakuin hal sampe sejauh itu?" Kini suara Aksa yang terdengar.

Sean menghela napas pelan. "Farel, dia anak yang dilahirkan gak seberuntung kita."

"Maksudnya?"

"Farel lahir dari hasil hubungan yang... kalian pasti ngerti lah. Dan gue orang pertama yang mau temenan sama dia."

"Dia sering di bully, di kucilkan, sampai orang tuanya pun juga gak mau nganggap dia ada."

"Kalian pasti bisa bayangin gimana suramnya hidup dia, kan? Dan sejak saat itu gue sama dia jadi temen deket, sampai orang lain nganggap kita itu sodaraan," lanjut Sean dengan tersenyum miris.

"Gue minta Daddy buat pindahin sekolah gue sama dia ke tempat yang baru, dan daddy gue lakuin itu. Awalnya hubungan gue sama dia baik-baik aja, tapi..."

"Waktu kita baru naik ke kelas 8 SMP, ada cowok yang suka sama gue, dan ternyata Farel juga suka sama cowok itu. Mungkin Farel gak terima karena cowok itu lebih milih gue ketimbang dia, padahal gue udah tolak tuh cowok."

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang