Happy Reading🌻
Seorang wanita paruh baya tengah berdiri dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Dia saat ini sedang menyaksikan pertunjukan cucunya yang tengah beraksi mengamalkan didikannya selama ini.
Sudut bibirnya terangkat saat menyaksikan bagaimana wajah songong Sintia yang berubah pucat akibat kalah telak dari Sean.
"Kurang greget," gumam Oma Rima dengan gigi bergemeletuk saat pertunjukannya sudah usai karena Sean memilih pergi bersama Elang ke lantai atas.
Kemudian telinga Oma Rima menjadi panas saat mendengar lontaran kalimat yang kurang mengenakan tentang cucunya.
Oh tidak, dia tidak akan membiarkan orang yang sudah menghina cucunya itu bebas begitu saja tanpa merasakan jera.
"Pemuda yang anda panggil murahan itu cucu tunggal saya. Jaga ucapan anda!"
Oma Rima dengan raut wajah datarnya melangkah dengan elegan memasuki rumah keluarga Reymorgen, membuat suasana seketika menjadi senyap.
Mereka semua terkejut saat mendengar apa yang dikatakan Oma Rima. Terbukti dengan raut wajah yang mulai berubah pucat pasi, terutama Sintia, wanita itu terlihat shock dan tubuhnya menjadi lemas seketika dengan keringat dingin mulai kembali bercucuran.
"Oma," sapa Jesslyn dengan sopan menyambut kedatangan Oma Rima, yang di balas anggukan kepala dari wanita paru baya itu.
Tap!
Langkah Oma Rima terhenti tepat di hadapan tubuh Sintia yang menegang. Tatapan Oma Rima menilai manusia yang sudah berani mengusik kedamaian hidup cucunya.
"Atas dasar apa anda berani berbicara hal buruk mengenai cucu kesayangan saya?" tanya Oma Rima dengan menaikan sebelah alisnya, juga wajah datar nampak jelas di wajahnya.
"Apa anda tidak malu menyebarkan asumsi buruk mengenai hidup cucu saya?"
"Apa hak anda berani menilai buruk cucu saya? Oh, atau..." jeda Oma Rima.
Semua orang yang berada di ruangan itu menahan napasnya menunggu kelanjutan kalimat yang akan terlontar dari mulut wanita paru baya itu.
Sedangkan Sintia, rasanya dia ingin lenyap saja dari muka bumi ini, daripada harus berada di posisi saat ini yang sangat membuatnya sesak.
Dia mengaku untuk kali ini, dia salah menargetkan lawan.
"Atau anda memang mau berurusan dengan jajaran keluarga Wilson, terutama dengan saya?" lanjut Oma Rima sambil tersenyum miring.
"Anda pastinya tahu bukan, bagaimana sepak terjang saya selama ini seperti apa?"
Sintia menggelengkan kepalanya. "T-Tidak nyonya. Maafkan saya," ucap Sintia dengan susah payah, sambil meremas kuat bajunya.
Sedangkan Sesil hanya bisa diam tak mengeluarkan suara. Jantungnya saat ini tengah berdetak hebat di dalam sana, saat berhadapan langsung dengan wanita yang sangat di segani oleh banyak orang.
Kemangnya siapa yang tidak mengenal Oma Rima? Hanya mendengar namanya saja, semua orang pun dapat langsung membayangkan bagaimana sepak terjang wanita itu dalam dunia bisnis maupun politik.
Sosok Oma Rima sangat di segani, saat beliau masih muda hingga sampai detik ini. Selain pengaruh nya yang besar, Oma Rima adalah wanita tangguh yang memiliki sikap moral tinggi yang membuat orang-orang yang mengenalnya takjub dengan rasa segan pada wanita itu.
Kembali lagi pada Oma Rima yang kini terlihat memutarkan bola matanya malas. Dia benar-benar malas berurusan dengan orang-orang munafik seperti Sintia.
"Basi. Manusia seperti anda ini tidak akan pernah merasa jera," ucap Oma Rima dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confidential (END)
Teen Fiction⚠️ BL LOKAL Sean Wilson terlibat dalam insiden dengan seorang lelaki mabuk di tengah jalan. Namun, tanpa disadari ia meninggalkan barang berharga di tempat kejadian yang akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. "Kita gak pacaran, tapi lu punya...