Chapter 11

28K 2.2K 35
                                    

Happy Reading🌻

"YANG NGERASA ATRIBUTNYA GAK LENGKAP, SILAHKAN MAJU KE DEPAN!" Suara bariton si ketua osis menggema di lapangan.

Sean memundurkan langkahnya. Dia lupa membawa topi pagi ini.

Tap!

Langkah kakinya terhenti saat merasa dirinya menabrak sesuatu, disusul dengan sebuah topi yang tiba-tiba melekat di atas kepalanya.

"Pake! Gue gak mau babu gue dihukum." Suara bisikan itu terdengar jelas di telinga Sean.

Saat dia akan berbalik untuk menatap Elang, lelaki itu segera menahan bahunya agar tetap membelakanginya, lalu dia dengan pelan mendorong Sean agar kembali masuk ke barisan.

"SEKALI LAGI! YANG NGERASA ATRIBUTNYA GAK LENGKAP, SILAHKAN MAJU KE DEPAN!"

Elang maju ke depan sana, membuat Sean merasa tak enak. Seharusnya dia yang dihukum, bukan Elang.

Oke baiklah, untuk kali ini Sean menyebut Elang sebagai majikan yang baik hati, karena mau membantunya.

Dari awal upacara dimulai hingga selesai, tatapan Elang tak pernah lepas dari Sean. Dia selalu mengamati gerak-gerik pemuda manis itu

Dari mulai Sean membenarkan letak kacamatanya, mengelap keringat sampai saat Sean menguap kecil pun tak luput dari perhatian Elang.

Entahlah, mungkin saja mata Elang sedang bermasalah hingga tidak bisa mengalihkan tatapannya pada objek lain.

Atau mungkin karena objek yang dia tatap terlalu sempurna untuk dilewatkan.

***

"Nih minum dulu!"

Elang tanpa bantahan langsung menerima botol minum itu dengan senang hati.

"Lama lu. Kenapa gak dari tadi, pas di lapangan?" gumam Elang sebal setelah meneguk minumannya.

"Gue kira lu bakal nerima minuman dari mereka," jawab Sean santai.

Tadi memang niatnya ingin membawakan minum untuk Elang saat di lapangan tadi waktu masih dihukum.

Namun dia melihat banyak sekali siswa-siswi yang mengantri di pinggir lapangan dengan menggenggam satu botol air. Sean yang melihat itu mengurungkan niatnya dan segera kembali ke kelas.

"Bagi dong."

Eros dengan sopan merebut botol minuman itu dari genggaman Elang.

"Gak ada! Beli sendiri!" Elang merebut botol itu kembali sambil menatap Eros dengan tajam.

"Ck, pelit amat lu! Ayolah bagi dikit, haus banget gue." Eros menatap Sean. "Yan, boleh kan?"

Sean menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus menjawab apa karena dia melihat tatapan tajam Elang yang mengarah padanya.

"Sorry, itu buat Elang," jawab Sean pada akhirnya. Hal itu mempu membuat Elang tersenyum tipis penuh kemenangan.

"Kebangetan lu pada!" Eros cemberut dan kembali menghadap ke depan.

Setelah perdebatan kecil itu, guru masuk ke dalam kelas dan kegiatan belajar mengajar pun di mulai.

***

"Lu keliatan makin deket aja sama Sean," ucap Kevin menatap Elang serius.

"Deket gimana? Dia kan babu gue," jawab Elang santai tanpa ekspresi.

"Lu beneran jadiin dia babu?" tanya Eros masih tak percaya, sedangkan Elang hanya mengangguk saja.

"Pantes dia nurut sama perintah lu," gumam Gibran.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang