Chapter 21

21.7K 1.8K 62
                                    

Happy Reading🌻

"Kamu! Cepat pergi dari apartemen anak saya!" perintah Jesslyn yang ditujukan untuk Sean.

"Gak," bantah Elang. "Dia gak boleh pergi dari sini," lanjutnya sambil memegang tangan Sean erat.

Jesslyn menatap datar putranya, lalu mengalihkan pandangannya menatap Sean.

"Pergi sebelum saya bertindak!"

Farel tersenyum senang. "Dengar kan lu, pergi!" desisnya menatap sinis pemuda itu.

Sedangkan Sean sendiri menatap Elang, lalu dengan perlahan melepaskan cekalan tangan lelaki itu. Setelahnya ia melenggang pergi untuk masuk ke dalam kamar Elang tanpa bicara apa pun lagi.

"Yan," panggil Elang lirih saat Sean masuk ke dalam kamarnya. Pasti pemuda itu akan mengambil tas dan ponselnya.

"Tuh kan Tan, dia cowok gak bener. Dia deketin Elang terus," kompor Farel dengan semangat.

Sedangkan Elang di dalam kamar sana tengah merajuk, menahan Sean untuk tidak pergi meninggalkannya.

"Jangan pergi."

"Di depan ada nyokap lu. Gue gak enak ganggu waktu lu sama Mama lu," jelas Sean mencoba memberi pengertian.

"Gak," bantah Elang kekeuh. "Dia kesini pasti mau marahin gue Yan."

"Nyokap lu ke sini mau jenguk lu."

Elang menggeleng cepat. "Dia mau nekan gue lagi," lirihnya sambil menatap Sean sendu.

Elang yakin Jesslyn datang kemari pasti untuk memarahinya habis-habisan karena dia sudah membuat ulah.

"Jangan pergi, ya?" pinta Elang sambil memeluk Sean cukup erat.

Perlahan tapi pasti, Sean melepaskan pelukan Elang. Dia menatap lelaki itu dalam.

Cup!

"Gue pulang dulu."

Elang sendiri diam mematung sambil menggeleng pelan. "Gue gak maー"

Cup!

Sean menempelkan bibirnya pada bibir Elang. Bagaimana pun caranya Sean akan tetap pergi.

Kedua bibir itu kini terlihat saling memanggut satu sama lain. Elang sendiri dengan ganas mencium bibir itu.

Sean dengan perlahan melepaskan ciuman itu sampai menimpulkan bunyi yang khas. Ibu jarinya mengusap pelan bibir basah Elang.

"Gue pulang dulu ya!"

Elang dengan berat hati mengangguk pelan. Hal itu mampu membuat Sean tersenyum puas.

Cup!

"Pinter," ucap Sean dengan memberikan kecupan pelan di luka lembam yang berada di wajah Elang.

Setelah itu Sean melenggang pergi keluar kamar diikuti oleh Elang yang mengintili di belakang tubuh Sean.

Kini Sean sudah berada di ruang tamu, dimana masih terdapat Jesslyn dan Farel yang menunggu mereka.

"Yan," panggil Elang masih tak terima jika Sean harus pergi dari apartemennya sekarang.

Sean tersenyum tipis. "Tadi udah gue masakin. Jangan lupa lu makan. Cepet sembuh ya."

Setelah mengucapkan itu, Sean menatap Jesslyn lalu menunduk hormat. Dia dengan segera pergi keluar dari apartemen Elang meninggalkan ketiga manusia itu.

"Kamu juga pergi."

"Loh, Tan?"

***

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang