Chapter 16

25.2K 1.9K 64
                                    

Happy Reading🌻

Sebuah mobil berwarna silver baru saja memasuki parkiran sekolah.

Elang keluar dari bagian pintu kemudi disusul dengan Sean yang juga keluar dari pintu depan samping kemudi. Lalu pintu belakang kemudi juga terbuka, dan terlihatlah wajah muram Farel.

Semua pasang mata menatap tak percaya pada ketiga remaja itu. Elang dengan wajah datarnya, Sean masih dengan penampilan culunnya dan Farel yang menampilkan wajah kesalnya.

"Ngapain sih lu nempel mulu sama calon suami gue?" serobot Farel sambil menatap tajam Sean.

"Wajarlah kan gue babu dia," balas Sean dengan santainya mengakui posisinya saat ini.

Sengaja, Sean tidak mau namanya semakin tercoreng. Dia tidak mau dicap sebagai ulat bulu di antara hubungan Elang dan Farel.

Meskipun itu memang kenyataanya, dia menjadi penghalang hubungan mereka.

Sekalian Sean ingin memberikan sentilan rohani untuk Farel. Farel harus merasakan apa yang dulu pernah dia rasakan.

"Elang jangan deket-deket sama dia ihh," rengek Farel dengan suara manjanya.

"Dih, imut lu begitu?" ledek Kevin yang juga berada di sana, menatap Farel dengan jijik.

"Diem lu!" sentak Farel.

"Elanggg, kok aku di diemin sih!" omel Farel kembali bersuara.

"Bacot," jawab Elang datar dan mulai melenggang pergi. Sedangkan Sean, dia tersenyum mengejek menatap Farel.

Dengan gerakan cepat Sean menyusul Elang. Farel sendiri tak mau kalah, dia menyusul lelaki itu juga.

"Sayang, anterin aku ke kelas ya," pinta manja Farel sambil mencoba menggapai tangan Elang untuk dia genggam. Tapi hal itu gagal saat tubuh Sean tiba-tiba berada di antara keduanya.

"Lu bisa gak sih gak usah gangguin gue mulu!" Farel menarik kasar tangan Sean, membuat langkah Elang terhenti.

Sean membenarkan letak kacamatanya yang hampir saja jatuh karena tarikan kasar pemuda itu.

"Apa sih anak babi! Gue gak ada gangguin lu ya," sangkal Sean dengan mimik wajah menyebalkan di mata Farel.

Kedua bola matanya memerah menahan amarah, dan Sean yang menyadari itu bersorak senang di dalam hatinya.

"Jangan buat gue marah. Lu anak culun gak usah kebanyakan gaya," sinis Farel dan mendorong bahu Sean, hingga tubuh itu mundur beberapa langkah.

Elang yang sedari tadi memperhatikan dengan sigap menahan tubuh Sean yang hampir saja terjatuh.

Sean yang tidak terima pun menatap tajam Farel. Wajahnya kini sudah berubah datar, tidak ada lagi wajah songong.

"Kenapa lu, gak terima?" sentak Farel lagi saat menyadari tatapan tajam Sean.

"Untuk kali ini gue masih bisa nahan buat gak cakar wajah sampah lu, Arel," bisik Sean tepat di telinga Farel.

Setelah itu Sean menepuk pelan pipi Farel yang terlihat diam mematung.

"See you."

Dia langsung pergi melanjutkan langkahnya diikuti Elang, meninggalkan Farel yang masih mematung dengan tubuh bergetar kecil.

"Arel."

***

"Lang, lu hutang penjelasan sama kita," ucap Eros yang baru saja masuk ke dalam gudang.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang