Chapter 02

31.5K 2.6K 27
                                    

Happy Reading🌻

Sean mengigit bibir bawahnya dengan kepala tertunduk sambil meremas celana sekolahnya dengan erat. Jika seperti ini, ia terlihat seperti kucing yang minta dikasihani.

Mereka saat ini tengah berada di dalam toilet, dengan Elang yang berdiri menjulang tinggi sambil menatap tajam ke arah Sean.

"Tanggung jawab!"

Sean menelan ludahnya kasar. Dengan perlahan dia mendongakkan wajahnya, menatap wajah menyeramkan Elang.

"G-Gimana?" tanya Sean sambil mengerucutkan bibirnya.

Elang berdesis kesal melihat raut wajah yang sialnya terlihat menggemaskan di matanya.

"Bersihin!"

Sean mengangguk cepat. "Iya gue bakal bersihin baju lu. Gue cuci nanti."

"Gue mau sekarang!"

"Gimana caranya? Gue gak tau. Itu jusnya banyak," protes Sean dengan raut wajah panik.

Wajah tampan Elang masih terlihat terdapat noda jus Mangga. Ingin sekali Sean menertawainya lagi, tapi jika dirinya melakukan itu bisa-bisa dia mati di tangan Elang sekarang juga.

"EH!" pekik Sean terlonjat kaget saat tubuhnya terasa melayang. Ternyata Elang mengangkat tubuhnya untuk duduk di wastafel.

"..."

"Bersihin!" Sekali lagi, satu kata itu keluar dari mulut Elang.

"Iya, iya gue bersihin," ucap cepat Sean dan segera mengambil tisu, lalu dengan tangan bergetar membersihkan jus Mangga di wajah Elang.

Elang diam, dia tidak menolak, entah mengapa pula dia hanya mengikuti apa kata hatinya. Jari tangannya membuka satu-persatu kancing baju seragamnya.

Dari jarak yang sangat dekat ini, Elang mencium aroma parfum yang familiar di penciumannya. Aroma parfum itu berasal dari tubuh Sean, pemuda culun di depannya.

Sean akhirnya berhasil membersihkan jus itu, kini wajah Elang sudah terlihat lebih baik. Sedangkan Elang, lelaki itu sudah membuka baju seragamnya dan hanya menyisakan kaos hitam saja.

"Cuci!"

Meskipun awalanya tak mengerti dengan kata singkat yang Elang ucapkan, namun Sean tetap menerima baju seragam yang disodorkan padanya itu saat otaknya sudah berhasil memahami bahasa mahluk aneh yang sedang berhadapan dengannya sekarang.

"Kan tadi juga gue udah bilang, bakal gue cuci. Gimana sih lu!" gerutu Sean dengan raut wajah malasnya.

Setelah itu, Sean memilih turun dari wastafel dengan susah payah karena tubuhnya yang kurang tinggi.

Sedangkan Elang kini terlihat tengah membasuh wajahnya menggunakan air, memilih tak memperdulikan gerutuan pemuda aneh dan bar-bar di dekatnya.

"Mulai sekarang lu babu gue!"

"Hah?"

"Gak ada penolakan!"

"Dih, maksa."

***

Berita mengenai murid baru, siswa cupu, yang menjadi babu sang pangeran sekolah sudah menyebar di SMA Nusa Bangsa.

Entah bagaimana caranya, yang jelas kini Sean tengah menerutuki nasibnya.

Niat untuk hidup damai dan tentram sepertinya harus dia tunda dulu, karena Sean yakin Elang akan cukup membuatnya tersiksa dan kewalahan nantinya.

"Orang lain yang numpahain jus, kenapa jadi gue yang disalahin!" umpatan dan dengusan itu terus saja keluar dari bibir mungil Sean.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang